LONDON - Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak telah memecat seorang pembantu menteri karena menyerukan gencatan senjata “permanen” di Gaza. Inggris sejauh ini tidak mendesak diakhirinya perang di Gaza, dan hanya mengusulkan “jeda” terbatas untuk memungkinkan bantuan mencapai daerah kantong Palestina tersebut.
Anggota Parlemen Konservatif Paul Bristow dicopot dari jabatannya sebagai sekretaris pribadi parlemen (PPS) di Departemen Sains pada Senin, (30/10/2023) beberapa hari setelah ia menulis surat kepada Sunak yang mendesak gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan militan Palestina di Gaza.
“Paul Bristow telah diminta untuk meninggalkan jabatannya di pemerintahan menyusul komentar yang tidak sejalan dengan prinsip tanggung jawab kolektif,” kata juru bicara kantor perdana menteri Inggris, mengacu pada aturan yang mewajibkan pejabat pemerintah untuk secara terbuka mendukung semua keputusan kebijakan kabinet.
Dalam suratnya yang terdiri dari dua halaman kepada perdana menteri, Bristow berpendapat bahwa “gencatan senjata permanen” akan “menyelamatkan nyawa dan memungkinkan terus mengalirnya bantuan kemanusiaan [untuk] menjangkau orang-orang yang paling membutuhkan.”
Namun Sunak dengan lantang membela tindakan militer Israel terhadap Hamas menyusul serangan teroris mematikan yang dilakukan kelompok tersebut pada 7 Oktober, dan mendesak agar tidak dilakukan gencatan senjata penuh, dan malah menyerukan “jeda” kemanusiaan singkat yang “berbeda dengan gencatan senjata.”
Setelah pemecatannya, Bristow melanjutkan dengan mengatakan kepada Sky News bahwa dia “sepenuhnya memahami keputusan PM,” tetapi dia “sekarang dapat berbicara secara terbuka tentang suatu masalah yang sangat dipedulikan oleh banyak konstituen saya.”