DOHA – Mesir pada Rabu, (1/11/2023) mengizinkan dibukanya penyeberangan Rafah yang berbatasan dengan Gaza untuk membawa korban warga Palestina yang luka-luka dan kritis. Ini merupakan kali pertama penyeberangan Rafah dibuka dari sisi Gaza sejak pecahnya perang Hamas-Israel pada 7 Oktober.
Pembukaan penyeberangan Rafah ini merupakan hasil dari perjanjian yang dimediasi Qatar antara Mesir, Israel, dan Hamas, yang akan memungkinkan evakuasi terbatas dari Gaza yang terkepung.
Diwartakan Reuters dengan mengutip seorang sumber, perjanjian tersebut akan mengizinkan pemegang paspor asing dan beberapa orang yang terluka parah untuk keluar melalui perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza, meskipun tidak ada batas waktu berapa lama tempat tersebut akan tetap terbuka untuk evakuasi.
Kesepakatan itu tidak terkait dengan isu-isu lain yang sedang dinegosiasikan seperti sandera yang ditahan oleh Hamas, atau jeda yang dirancang untuk meringankan krisis kemanusiaan di Gaza yang menderita kekurangan makanan, air, bahan bakar dan medis, kata sumber tersebut.
Israel mengirim pasukannya ke Gaza setelah berminggu-minggu pemboman udara sebagai pembalasan atas serangan besar Hamas yang didukung Iran pada 7 Oktober.
Hamas telah mengatakan kepada mediator bahwa mereka akan segera membebaskan sekira 200 atau lebih tawanan asing yang mereka tangkap selama serangan terhadap Israel, kata Abu Ubaida, juru bicara sayap bersenjata kelompok tersebut, Brigade al-Qassam, dalam sebuah video di aplikasi Telegram pada Selasa, (31/10/2023). Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai jumlah tawanan atau kewarganegaraan mereka.
Mesir telah menyiapkan rumah sakit lapangan di Sheikh Zuwayed di Sinai, menurut sumber medis. Sepuluh ambulans dikirim ke Rafah pada Selasa untuk antisipasi.
Israel mengepung Gaza setelah serangan Hamas, dan PBB serta pejabat bantuan lainnya mengatakan warga sipil di daerah kantong tersebut hidup dalam bencana kesehatan masyarakat, dengan rumah sakit berjuang untuk merawat korban ketika pasokan listrik mulai menipis.
Pada hari layanan komunikasi dan internet kembali terputus di wilayah kantong tersebut, kata penyedia telekomunikasi terbesar di Gaza, Paltel.
Israel telah bersumpah untuk memusnahkan Hamas setelah beberapa perang yang tidak meyakinkan sejak pengambilalihan Gaza oleh kelompok militan tersebut pada 2007. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak seruan internasional untuk “jeda kemanusiaan” dalam upaya memungkinkan pengiriman bantuan darurat kepada warga sipil.
(Rahman Asmardika)