GAZA - Pengeboman Israel selama berminggu-minggu di Gaza telah menewaskan sedikitnya 9.025 orang dan melukai lebih dari 22.000 orang.
Jumlah ini berdasarkan angka terbaru yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah, yang diambil dari sumber-sumber di daerah kantong yang dikuasai Hamas.
Korban sipil terus meningkat ketika Israel menyerang daerah pemukiman besar, sekolah dan rumah sakit di Gaza, yang disebut sebagai serangan yang ditargetkan militer.
Amnesty International sebelumnya mengatakan pihaknya mendokumentasikan serangan Israel yang melanggar hukum yang harus diselidiki sebagai kejahatan perang.
Pada Jumat (3/11/2023), Human Rights Watch memperingatkan serangan darat Israel menimbulkan kekhawatiran besar terhadap keselamatan semua warga sipil yang terperangkap dalam pertempuran tersebut.
Kehancuran yang diakibatkan oleh serangan tersebut, yang merupakan bagian dari perluasan serangan Israel di Gaza, tampaknya menjadi titik kritis dalam perang tersebut bagi sejumlah negara yang merespons dengan tindakan diplomatis dalam mengutuk tindakan Israel di Gaza dan krisis kemanusiaan yang diakibatkannya.
Dikutip CNN, Yordania pada Rabu (1/11/2023) menjadi negara terbaru yang menarik duta besarnya untuk Israel, setelah Chile dan Kolombia, karena serangan di Gaza. Bolivia pada Selasa (31/10/2023) memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Israel dengan alasan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan terhadap rakyat Palestina.
Serangan terus berlanjut di tengah seruan yang semakin mendesak untuk melakukan gencatan senjata oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi-organisasi bantuan, dan meskipun ada resolusi Majelis Umum PBB yang didukung oleh lebih dari 100 negara yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan yang berkelanjutan.
Israel juga telah mengumumkan kematian lebih banyak tentara dalam serangan mereka, sehingga totalnya menjadi 20 orang.
(Susi Susanti)