Menurut lembaga think tank Pusat Studi Strategis dan Internasional, negara ini diperkirakan memiliki 130.000 roket dan rudal.
Sebagian besar persenjataannya terdiri dari roket artileri permukaan-ke-permukaan kecil yang tidak terarah.
Namun mereka juga diperkirakan memiliki rudal anti-pesawat dan anti-kapal, serta peluru kendali yang mampu menyerang jauh di dalam wilayah Israel.
Hal ini jauh lebih canggih dibandingkan apa yang dimiliki Hamas di Jalur Gaza.
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, Hizbullah telah menyerang posisi militer di Israel utara.
Mereka telah meluncurkan roket ke posisi Israel, menembakkan rudal anti-tank ke kendaraan lapis baja dan menyerang sasaran militer dengan drone yang bisa meledak.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah membalas, menggunakan serangan udara, tembakan tank dan artileri terhadap posisi Hizbullah di Lebanon.
Tentara Israel dan pejuang Hizbullah tewas, dan Israel telah mengevakuasi ribuan warga sipil dari daerah tersebut.
Juru bicara IDF Daniel Hagari mengatakan pasukannya berada dalam “siaga sangat tinggi” di sepanjang perbatasan utara Israel.
Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, menjanjikan respons yang "tak terbayangkan" jika Hizbullah membuka front kedua dalam konflik tersebut.
(Susi Susanti)