JAKARTA - Bung Tomo tumbuh di lingkungan serba sulit di Kota Surabaya. Sejak kecil ia melihat bagaimana lingkungan sekitarnya tertekan oleh penjajah. Ia pun merasakan bagaimana tekanan penjajah itu sejak Bung Tomo kecil. Hal ini tetapi justru memunculkan watak yang revolusioner dari Bung Tomo.
Tumbuh dari suasana dan lingkungan sosial yang masih terjajah, Bung Tomo kecil justru tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang penuh semangat. Bung Tomo diketahui memiliki konsistensi tinggi yang kelak menjadi modal sebagai pejuang yang benar-benar ingin membebaskan bangsanya dari belenggu penjajahan.
Kemiskinan yang dirasakan orang-orang di sekelilingnya bukan membuatnya sulit tumbuh, tetapi membuatnya menjadi sosok yang berhasrat memberantas kemiskinan itu sendiri. Tirani penjajah yang telah dirasakannya semenjak lahir, membuat Bung Tomo tumbuh menjadi manusia yang sangat pemberani tidak takut mati, jujur, dan polos dalam menghadapi kondisi zamannya.
Pada buku "Bung Tomo : Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November" dikisahkan Bung Tomo dewasa memiliki karakter tanpa tedeng aling-aling, tanpa sungkan, dan tanpa ewuh pakewuh, tanpa rasa takut sedikit pun mengkritik kebijakan Bung Karno, termasuk juga kebijakan presiden Soekarno.
Tidak hanya itu, Bung Tomo juga kerap mengkritik para politisi termasuk militer pada zamannya yang dianggap tidak sesuai dengan cita-cita kebangsaan.
Kritiknya lugas, tanpa tendensi, kritik yang sesuai dengan fakta dan kenyataan di lapangan, serta diiringi dengan solusi konkret. Salah satu contohnya adalah ketika ia melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan pembangunan ekonomi Soekarno.