Namun sebagai tanda betapa sulitnya hubungan kedua negara, Biden, saat keluar dari panggung, menjawab pertanyaan seorang wartawan dengan mengatakan bahwa ia menganggap Xi adalah seorang diktator.
"Dia seorang diktator dalam artian dia adalah orang yang menjalankan negara berdasarkan bentuk pemerintahan yang sangat berbeda dari kita," katanya.
Ketika Biden melontarkan komentar serupa pada Juni lalu, para pejabat Tiongkok bereaksi dengan marah dan menggambarkannya sebagai hal yang "sangat tidak masuk akal dan tidak bertanggung jawab".
Selain melanjutkan komunikasi militer, kedua belah pihak mengumumkan beberapa perjanjian lain di bidang yang menjadi sumber ketegangan dalam beberapa waktu terakhir.
Hal ini termasuk mengambil langkah-langkah untuk mengatasi aliran fentanil ke AS, yang berkontribusi terhadap peningkatan kematian akibat overdosis di negara tersebut.
Perusahaan manufaktur Tiongkok tidak hanya merupakan sumber opioid sintetik itu sendiri, tetapi juga bahan kimia prekursor yang dapat digabungkan untuk membuatnya.
“Kami mengambil tindakan untuk secara signifikan mengurangi aliran bahan kimia prekursor dan mesin pembuat pil dari Tiongkok ke belahan bumi barat,” kata Biden.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, Tiongkok akan secara langsung menargetkan perusahaan-perusahaan yang memproduksi bahan kimia prekursor tersebut. “Ini akan menyelamatkan nyawa,” kata Biden kepada wartawan.
Kedua pemimpin juga membahas konflik di Israel dan Gaza. Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada wartawan bahwa Biden telah meminta Tiongkok menggunakan pengaruhnya terhadap Iran untuk mendesak negara itu agar tidak mengambil tindakan yang dianggap provokatif.