3 Alasan Negara-Negara Arab Tidak Membantu Palestina

Salsabila Fitirah Puteri, Jurnalis
Kamis 30 November 2023 14:54 WIB
Kamp pengungsi Palestina di Khan Younis, Gaza. (Foto: Reuters)
Share :

JAKARTA - Dalam lingkup politik Timur Tengah yang kompleks, terdapat beberapa faktor yang menjelaskan mengapa beberapa negara Arab tidak memberikan dukungan yang diharapkan kepada Palestina.

Dilansir dari berbagai sumber, inilah 3 alasan negara-negara Arab tidak memberi bantuan penuh kepada Palestina.

1. Sejarah Perpindahan

Pengungsian telah menjadi tema sentral dalam sejarah Palestina. Pada perang seputar pendirian Israel pada 1948, sekira 700.000 warga Palestina diperkirakan diusir atau melarikan diri dari wilayah yang sekarang disebut Israel, sebuah peristiwa yang oleh orang-orang Palestina disebut sebagai Nakba, yang berarti 'malapetaka' dalam bahasa Arab.

Ketika Israel merebut Tepi Barat dan Jalur Gaza dalam perang Timur Tengah tahun 1967, sekitar 300.000 warga Palestina lainnya melarikan diri, sebagian besar menuju Yordania.

Jumlah pengungsi dan keturunannya saat ini mencapai hampir 6 juta orang, sebagian besar tinggal di kamp-kamp dan komunitas di Tepi Barat, Gaza, Lebanon, Suriah, dan Yordania.

Di samping itu, diaspora Palestina juga merata ke negara-negara Teluk Arab dan negara-negara Barat.

Setelah pertempuran berakhir pada perang 1948, Israel menolak mengizinkan pengungsi untuk kembali ke rumah mereka.

Sejak itu, Israel menolak tuntutan Palestina untuk mengembalikan pengungsi sebagai bagian dari perjanjian damai, dengan alasan bahwa hal tersebut dapat mengancam mayoritas penduduk Yahudi di negara tersebut.

Mesir mengkhawatirkan kemungkinan sejarah berulang, di mana sejumlah besar pengungsi Palestina dari Gaza mungkin akan tinggal selamanya di Gaza.

2. Bisa berakibat mengganggu stabilitas

Mesir khawatir bahwa eksodus massal dari Gaza dapat membawa Hamas atau kelompok militan Palestina lainnya ke wilayahnya, khususnya dapat mengganggu stabilitas di Sinai.

Mesir telah mendukung blokade Israel di Gaza sejak Hamas mengambil alih wilayah tersebut pada 2007 dan ketat mengendalikan masuknya material dan lalu lintas warga sipil.

Pemberontakan di Sinai sebelumnya telah menjadi perhatian keamanan bagi Mesir, dan Presiden el-Sissi memperingatkan bahwa kehadiran militan Palestina di Sinai dapat mengakibatkan hancurnya perjanjian damai antara Mesir dan Israel tahun 1979.

El-Sisi menyatakan bahwa jika Sinai menjadi basis serangan terhadap Israel, Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri, dan ini dapat mengancam perdamaian yang telah dicapai antara Mesir dan Israel.


3. Takut akan terjadi perpindahan permanen

Isu ini menyoroti kekhawatiran bahwa konflik di Gaza dapat menyebabkan gelombang baru pengungsian permanen dari tanah yang diharapkan menjadi tempat pendirian negara bagi warga Palestina di masa mendatang.

Sebanyak 700.000 warga Palestina, hampir setengah dari populasi Arab di wilayah Palestina yang dikuasai Inggris, kehilangan hak dan menjadi pengungsi dalam perang tahun 1948 terkait pendirian Israel. Kejadian tersebut dikenal sebagai Nakba, yang berarti "bencana" dalam bahasa Arab.

Presiden El-Sisi bahkan menyatakan bahwa ini adalah akar dari semua permasalahan, menjadi penyebab utama bagi seluruh rakyat Arab.

Dia menekankan pentingnya bagi warga Palestina untuk tetap teguh dan hadir di tanah mereka.

Pada Perang Timur Tengah tahun 1967, saat Israel merebut Tepi Barat dan Jalur Gaza, sekira 300.000 warga Palestina melarikan diri, sebagian besar menuju Yordania.

Banyak dari mereka atau keturunannya tinggal di negara-negara Arab tetangga. Namun, masih banyak yang tinggal di kamp pengungsian.

Setelah pertempuran pada perang 1948 berakhir, Israel menolak mengizinkan pengungsi kembali ke kampung halaman mereka.

Sejak saat itu, Israel menolak tuntutan Palestina untuk mengembalikan pengungsi sebagai bagian dari perjanjian damai, mengklaim bahwa ini akan membahayakan mayoritas penduduk Yahudi di Israel.

Saat ini, negara-negara Arab khawatir bahwa situasi serupa akan terulang, dan sejumlah besar pengungsi Palestina dari Gaza mungkin terpaksa menetap di sana secara permanen.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya