Hujan Deras dan Banjir Bandang Melanda Afrika Tmur, 300 Orang Tewas

Susi Susanti, Jurnalis
Selasa 05 Desember 2023 12:06 WIB
Hujan deras dan banjir bandang melanda Afrika Timur tewaskan 300 orang (Foto: Reuters)
Share :

AFRIKAHujan deras dan banjir bandang telah melanda sebagian Afrika Timur selama beberapa minggu, menewaskan lebih dari 350 orang dan membuat lebih dari 1 juta orang mengungsi di Somalia, Kenya, Ethiopia, dan Tanzania.

Menurut Kementerian Dalam Negeri, di Kenya, setidaknya 136 orang tewas dan hampir setengah juta orang terpaksa mengungsi. Presiden William Ruto dalam rapat kabinet darurat pekan lalu mengatakan hujan terus-menerus sejak Oktober telah berdampak pada 38 dari 47 kabupaten di seluruh negeri, yang dilanda banjir bandang, banjir umum, dan tanah longsor.

Bagian timur laut dan pantai timur negara ini merupakan daerah yang paling parah terkena dampaknya dengan kerusakan parah pada rumah dan infrastruktur, termasuk gangguan terhadap layanan kereta kargo dari pelabuhan Mombasa pada bulan lalu.

Hujan lebat yang tidak biasa ini sebagian besar disebabkan oleh fenomena cuaca El Niño dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun baru oleh Departemen Meteorologi Kenya.

El Niño adalah pola iklim yang berasal dari Samudera Pasifik di sepanjang garis khatulistiwa dan berdampak pada cuaca di seluruh dunia. Fenomena ini dikaitkan dengan banjir besar di Afrika bagian timur, yang mengakibatkan tanah longsor, meningkatnya penyakit yang ditularkan melalui air, dan kekurangan pangan. Sementara itu, wilayah utara dan selatan benua ini sering mengalami kekeringan parah yang berkepanjangan akibat peristiwa El Niño.

Namun Tanduk Afrika juga merupakan salah satu wilayah paling rentan di dunia terhadap perubahan iklim. Meskipun jumlah keseluruhan hujan setiap tahunnya diperkirakan akan turun di kawasan ini seiring dengan semakin panasnya bumi, frekuensi dan intensitas curah hujan lebat diperkirakan akan meningkat. Artinya, Tanduk Afrika mungkin akan mengalami lebih banyak kekeringan dan banjir akibat hujan lebat.

Presiden Ruto telah mengaktifkan Pusat Operasi Bencana Nasional untuk melakukan tanggap darurat. Pada Kamis (30/11/2023), Kementerian Dalam Negeri mengumumkan penurunan curah hujan di Kenya utara diperkirakan terjadi pada minggu ini.

Berbicara pada COP28 di Dubai pada Jumat (1/12/2023), Ruto menangkap kenyataan nyata dan kehancuran akibat perubahan iklim seperti yang disaksikan oleh bencana hujan.

“Situasi di kawasan Tanduk Afrika, seperti banyak negara berkembang lainnya, memperlihatkan kenyataan pahit perubahan iklim,” katanya.

Banjir ekstrem ini terjadi hanya beberapa bulan setelah wilayah tersebut mengalami kekeringan terburuk dalam empat dekade.

“Beberapa bulan lalu, kami terkena dampak kekeringan parah dan sekarang kami mengeluh karena terlalu banyak air. Masyarakat selalu merasakan tekanan dari dua dampak ini,” terang Direktur Komunikasi Masyarakat Bulan Sabit Merah Somalia Abdulkadir Afi kepada CNN.

“Entah airnya sedikit atau airnya terlalu banyak, bagaimanapun masyarakat akan menderita,” lanjutnya.

Hujan deras dan banjir bandang di seluruh negeri telah berdampak pada 706.100 orang, sementara 113.690 orang mengungsi dari rumah mereka. Pihak berwenang di tingkat Federal dan Negara Bagian segera mengevakuasi warga dan memenuhi kebutuhan penting WASH dengan dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan mitra internasional lainnya.

Menurut badan kemanusiaan PBB (OCHA), jumlah korban tewas akibat banjir telah meningkat menjadi 110 orang di Somalia dan 57 orang di Ethiopia.

Di Tanzania utara, pihak berwenang mengatakan 49 orang tewas akibat banjir disertai tanah longsor setelah hujan lebat di provinsi Manyara di negara itu.

Menurut media pemerintah, sebanyak 85 orang dilaporkan terluka, kata Gubernur Manyara Ratu Sendiga pada Senin (4/12/2023).

Presiden Tanzania Samia Suluhu Hassan mengarahkan lembaga-lembaga tanggap darurat untuk membantu menyelamatkan dan mencegah terjadinya lebih banyak bencana.

Di Kenya bagian timur, banjir besar telah mendatangkan malapetaka di Kamp Pengungsi Dadaab, yang menampung sekitar 300.000 pengungsi. Kamp tersebut telah menerima sejumlah besar pendatang baru selama tiga tahun terakhir. Beberapa di antaranya melarikan diri dari kondisi kerawanan pangan dan kekeringan di Somalia.

Internasional Komite Penyelamatan (IRC) mengatakan pada November lalu, di Hagadera, sebuah kamp di dalam kompleks Dadaab, tiga dari 15 blok rumah terendam, menyebabkan sekitar 20.000 orang – sekitar 13% dari kamp tersebut – mengungsi dan berlindung di sekolah dan tempat ibadah,

Badan-badan bantuan telah melaporkan lonjakan penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera dan diare akut karena jamban yang rusak dan kurangnya akses terhadap air minum yang aman.

Upaya bantuan untuk menjangkau mereka yang berada di wilayah kamp yang paling terkena dampak dengan makanan, air bersih dan bantuan medis terhambat oleh jalan yang rusak dan tidak dapat dilalui.

“Ini adalah pengingat yang tajam akan dampaknya yang tidak proporsional dan merupakan seruan untuk bertindak bagi kita semua untuk bergerak cepat guna mengatasi ketidakseimbangan ini dengan urgensi, solidaritas, dan inklusivitas,” terang IRC.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya