Kekerasan telah lama menjadi fakta kehidupan bagi mereka yang tinggal di kamp-kamp permukiman pengungsi.
Polisi mengatakan lebih dari 60 pengungsi Rohingya tewas dalam bentrokan di kamp-kamp Bangladesh tahun ini, termasuk perempuan dan anak-anak.
Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) pada Minggu, (3/12/2023) mengatakan pihaknya “khawatir dengan terus memburuknya kondisi keamanan di kamp-kamp tersebut”.
Malnutrisi juga tersebar luas, dan badan pangan PBB mengatakan kekurangan dana tahun ini telah memaksa mereka memotong jatah makanan hingga sepertiganya.
Warga Rohingya yang masih tinggal di Myanmar menghadapi penganiayaan berat oleh pihak berwenang yang tidak memberikan mereka kewarganegaraan dan akses terhadap layanan kesehatan.