ISRAEL – Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi pada Sabtu (9/12/2023) mengatakan Israel siap mengambil tindakan melawan upaya pemberontak Houthi di Yaman yang mengganggu pelayaran di Laut Merah jika komunitas internasional gagal melakukannya.
Hanegbi mengatakan kepada Channel 12 Israel bahwa Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden serta para pemimpin Eropa tentang Houthi yang menargetkan kapal dagang yang diduga memiliki hubungan dengan Israel.
“Israel memberi dunia waktu untuk berorganisasi guna mencegah hal ini tetapi jika tidak ada pengaturan global, karena ini adalah masalah global, kami akan bertindak untuk menghilangkan pengepungan laut ini,” terangnya.
Pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman adalah organisasi politik dan militer Syiah yang telah melancarkan perang saudara melawan koalisi yang didukung Arab Saudi sejak 2014.
Seperti diketahui, terdapat peningkatan dalam aktivitas maritim mereka sejak serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober dan kelompok tersebut mengatakan setiap kapal yang menuju ke Israel adalah “target yang sah.”
Menurut pejabat militer AS, kapal perang AS telah melindungi pelayaran di wilayah tersebut. Pekan lalu sebuah kapal perang AS menembak jatuh beberapa kendaraan udara tak berawak yang datang dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi di Laut Merah selatan.
Salah satu insiden terjadi dalam serangkaian serangan terhadap tiga kapal komersial.
Para pejabat militer AS mengatakan mereka sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan perlindungan bagi kapal-kapal komersial di sekitar rute pelayaran penting Laut Merah di tengah serangkaian serangan rudal baru-baru ini oleh militan Houthi yang beroperasi di Yaman.
Menurut pernyataan dari Staf Umum Angkatan Bersenjata Prancis, pada Minggu (10/12/2023), sebuah kapal fregat Perancis di Laut Merah menjatuhkan dua drone setelah mereka ditembakkan ke arah kapal tersebut dari pantai Yaman.
Juru bicara pasukan Houthi, Yahya Saree, menulis dalam sebuah postingan di X bahwa keputusan ini disebabkan oleh “pembantaian yang mengerikan” terhadap warga Palestina di Gaza dan mengatakan mereka akan terus bertindak sampai makanan dan obat-obatan tersedia untuk Jalur Gaza.
AS telah membahas cara-cara untuk meningkatkan keamanan di wilayah tersebut dengan anggota Pasukan Maritim Gabungan, satuan tugas angkatan laut multinasional yang bertugas melindungi pelayaran komersial di Laut Merah.
Para pejabat AS telah mengatakan secara terbuka bahwa diskusi berpusat pada kemungkinan mengawal kapal-kapal yang beroperasi di Laut Merah dan melalui selat Bab-el-Mandeb ke Teluk Aden – saluran sempit yang memisahkan Yaman dan Tanduk Afrika.
Hanegbi juga membahas perkembangan di Gaza, dengan mengatakan bahwa AS tidak memberikan tenggat waktu kepada Israel untuk menyelesaikan operasi militer di wilayah tersebut.
“Mereka memahami bahwa mereka tidak dalam posisi untuk memberi tahu IDF berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka,” katanya.
“Hal baiknya adalah mereka memiliki tujuan yang sama. Memang benar jika kita berasumsi bahwa kita tidak dapat mengukur hal ini dalam beberapa minggu dan saya tidak yakin apakah hal ini dapat diukur dalam beberapa bulan,” lanjutnya.
CNN sebelumnya melaporkan bahwa para pejabat AS memperkirakan operasi Israel yang menargetkan ujung selatan Jalur Gaza akan berlangsung beberapa minggu sebelum beralih, mungkin pada bulan Januari, ke strategi yang lebih berintensitas rendah dan sangat terlokalisasi yang secara sempit menargetkan militan dan pemimpin Hamas tertentu.
Seorang pejabat senior pemerintah AS.Gedung Putih sangat prihatin mengenai bagaimana operasi Israel akan berlangsung selama beberapa minggu ke depan.
AS telah memperingatkan Israel dengan tegas dalam pembicaraan yang “keras” dan “langsung”.
Pasukan Pertahanan Israel tidak dapat meniru taktik menghancurkan yang digunakan di wilayah utara dan harus berbuat lebih banyak untuk membatasi korban sipil.
Hanegbi mengatakan, menurutnya kepemimpinan Hamas tidak memperkirakan besarnya respons Israel terhadap serangan terhadap Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang.
“Saya kira Yahya Sinwar (pemimpin Hamas di Gaza) tidak menyadari bahwa IDF akan benar-benar mencapai titik mana pun yang mereka inginkan di dalam Gaza dan membunuh lebih dari 7.000 teroris,” ujarnya.
“Ini perkiraan minimal, bisa lebih tinggi karena kita tidak tahu semuanya,” imbuhnya. Israel yakin Hamas memiliki sekitar 30.000 pejuang di Gaza sebelum perang.
“Kami semakin dekat dengan pusat kendali dan komando Hamas di Jabalia dan Shejaiya, benteng perlawanan yang gigih di Jalur Gaza utara,” tambahnya.
“Dan di wilayah selatan kami beroperasi dengan gencar,” terangnya.
Ketika ditanya tentang kemungkinan Israel harus memilih antara membunuh Sinwar atau menyelamatkan para sandera jika mereka berada di tempat yang sama, Hanegbi menegaskan pihaknya bisa menghadapi situasi seperti itu, ini adalah dilema yang memilukan bagi setiap pengambil keputusan, tapi itu berarti (kita) telah mencapainya.
(Susi Susanti)