GAZA - Jumlah korban agresi Israel di jalur Gaza mencapai 18 ribu orang di pihak Palestina hanya sekitar dua bulan sejak zionis melakukan serangan. Jumlah tersebut sebagian besar adalah anak anak dan wanita. Israel dalam beberapa video yang viral juga menargetkan anak anak ditembak di jalanan.
Laporan badan kemanusian PBB, OCHA (United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs) menyebutkan, hampir 70% dari mereka yang meninggal di Gaza sejak 7 Oktober adalah perempuan dan anak-anak.
Setidaknya rata-rata 115 anak meninggal per hari, menjadikan konflik ini sebagai konflik paling mematikan bagi anak-anak saat ini (data 7/12/2023). "Di Gaza, perempuan adalah kelompok yang terakhir makan dan anak-anak adalah kelompok yang pertama meninggal," kata Aaron Brent, Penjabat Direktur CARE West Bank dan Gaza dikutip dari reliefweb.
Dikatakan Brent, anak anak di Gaza mengalami tekanan paling berat. Mereka harus bersembunyi untuk menghindari bom, berduka atas kematian orang tua dan saudara kandung mereka, melarikan diri bersama keluarga mereka, sampai mengumpulkan kayu bakar agar tetap hangat daripada bermain atau pergi ke sekolah.
Invasi Israel yang mengabaikan hak anak anak dan perempuan yang dijunjung tinggi dalam konvesi Jenewa bukan kali pertama dilakukan. Sejak pendudukan Israel di wilayah Palestina pada 1967, mereka secara sistematis menargetkan warga Palestina termasuk anak-anak.
Mereka secara terang-terangan melanggar hak-hak anak-anak Palestina dan melanggar CFC (komite hak anak) yang telah mereka ratifikasi. Mereka telah melanggar Konvensi melalui beberapa tindakan, hukum, praktik dan pelanggaran sehari-hari terhadap hak anak Palestina atas kehidupan yang layak.
Menurut Laporan Komisi Independen untuk Kemanusian Palestina, Annex, Israel mengindahkan hak anak anak. Puluhan kesaksian dan laporan menunjukkan bahwa semua anak-anak Palestina yang ditahan Israel mengalami lebih dari satu pola penyiksaan fisik dan psikologis.
Pengadilan militer Israel mengabaikan usia anak-anak yang ditahan dan bagaimana pengakuan mereka diperoleh. Pengadilan-pengadilan ini terkadang menghukum anak-anak Palestina yang ditahan di Israel dengan hukuman penjara bertahun-tahun atau seumur hidup.
Menurut laporan yang dipublikasikan di UN.org itu dampak dari perlakuan Israel tersebut membuat trauma psikologis bagi banyak warga Jalur Gaza. 87% anak-anak di Jalur Gaza menderita trauma dan kelainan; 89% menderita kehilangan nafsu makan dan 96% menderita gangguan tidur.
Puluhan ribu anak mengalami trauma yang memengaruhi kesehatan psikologis dan perilaku mereka, seperti rasa takut, panik, ketidakmampuan berkonsentrasi, inkontinensia urin, dan gangguan bicara.
BACA JUGA:
Padahal, sesuai Konvensi Jenewa 1949, dengan jelas menyatakan anak-anak harus dilindungi dan diperlakukan secara manusiawi. Israel sebenarnya sudah melakukan ritifikasi konvensi tersebut pada 1951, atau beberapa tahun setelah satu setengah juta anak-anak Yahudi dibunuh di Eropa selama Holocaust.
Namun Israel tidak mengakui Konvensi Jenewa ke-4, yang melindungi warga sipil yang memerangi pendudukan, karena Israel tidak menganggap Palestina sebagai wilayah pendudukan. Namun, dengan dalih menghancurkan Hamas, Israel mengatakan, kematian warga sipil yang dihitung dalam serangan tersebut, termasuk anak-anak, tidak termasuk dalam kejahatan perang.
Padahal, apa yang mereka lakukan terhadap anak anak bisa jadi akan membuat di masa mendatang lahir pejuang pejuang baru yang lebih militan. Atau, tindakan itu sengaja dilakukan, agar mereka selalu memiliki alasan berperang dan menjadi alasan terus menduduki Palestina.
(Maruf El Rumi)