Kehancuran Kerajaan Samudra Pasai, Sultan Bunuh Putra Mahkota hingga Diserbu Majapahit

Erha Aprili Ramadhoni, Jurnalis
Kamis 14 Desember 2023 05:23 WIB
Kerajaan Samudra Pasai. (Ist)
Share :

KERAJAAN Islam tertua di Indonesia, Samudra Pasai, berkembang sebagai pusat perdagangan dan pengembangan Islam di Selat Malaka, pada abad ke-13 sampai ke-16.

Sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai pernah mengeluarkan mata uangnya yakni koin emas yang dinamakan deureuham atau dirham. Mata uang tersebut digunakan untuk perdagangan di tanah Melayu.

Hingga sekarang, mata uang tersebut menjadi yang tertua yang dikeluarkan kerajaan Islam di Asia Tenggara. Masa jaya kerajaan Islam ini, terjadi pada pemerintahan Sultan Muhammad Malik al-Zahir, pada 1297-1326.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Pada 1346 Masehi, terjadi pergantian kekuasaan dari Sultan Malikul Mahmud kepada putranya yaitu Ahmad Permadala Permala, dengan gelar kehormatan Sultan Ahmad Malik al-Zahir.

Dilansir dari Sindonews.com, dalam catatan sejarah dituliskan ,Sultan Ahmad Malik al-Zahir memiliki lima orang anak. Kelimanya adalah tiga orang putra, Tun Beraim Bapa, Tun Abdul Jalil, dan Tun Abdul Fadil, serta dua putri Tun Medam Peria dan Tun Takiah Dara.

Sultan Ahmad Malik al-Zahir dikenal sebagai raja yang memiliki citra buruk di mata masyarakatnya. Dia merupakan simbol kekuasaan yang rakus, bejat, dan amoral. Lebih buruk dari King Lear dalam drama William Shakespeare.

Dia memiliki nafsu memperkosa dua putri kandungnya sendiri. Dia juga tega membunuh putranya yang kesatria, karena melindungi dua adik perempuannya dari nafsu binatang sang ayah. Kisah ini berlangsung sangat tragis.

Tertulis dalam buku Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia, Binuko Amarseto, Tun Beraim Bapa berusaha melindungi kedua saudara perempuannya dengan menyembunyikan kedua saudarinya di sebuah tempat. Merasa mendapat pertentangan dari putra sulungnya sendiri, Sultan Ahmad Malik al-Zahir murka dan menyuruh utusan untuk membunuh Tun Beraim Bapa.

Sang putra mahkota yang seharusnya mewarisi tahta kerajaan itu tewas diracun. Merasa terharu dan tidak terima dengan perlakuan biadab sang ayah, Tun Medam Peria dan Tun Takiah Dara, kemudian memutuskan mengakhiri hidup mereka dengan meminum racun yang telah membunuh kakaknya.

Peristiwa tragis tersebut bukan membuat Sultan Ahmad Malik al-Zahir sadar, tetapi malah semakin menjadi-jadi. Ketika putra keduanya Tun Abdul Jalil, memandu asmara dengan putri Majapahit, Dyah Galuh Gemerencang, dia cemburu.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya