Curhat ke Ganjar Pranowo, Perajin Ukiran Jepara Berharap Kemudahan Akses Permodalan

Gery Ngamel, Jurnalis
Selasa 02 Januari 2024 20:23 WIB
Ganjar Pranowo (Foto: MPI)
Share :

 

JEPARA - Para perajin ukiran di Desa Blimbingrejo, Nalumsari, Jepara, Jawa Tengah, mengeluhkan akses permodalan kepada Calon Presiden (Capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo. Para perajin juga berharap Ganjar dapat memperbaiki kondisi ekonomi sehingga kejayaan Jepara yang dijuluki Kota Ukir kelas dunia dapat kembali bangkit.

Selama ini, menurut pengakuan para perajin, akses permodalan-lah yang selalu menjadi kendala untuk kegiatan produksi. Selama ini pengerajin hanya mendapatkan bantuan permodalan dari program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan plafon yang beragam.

“Makanya, perlu bantuan modal dari lainnya, ini rata-rata permodalannya yang kurang. Kalau cuma Rp5 juta, Rp10 juta, Rp15 juta diberikan bertahap, sudah habis buat bayar pekerja sama beli kayu. Jadi tidak bisa menjual, ya kita berhenti. Kalau pakai KUR sudah mentok,” ujar salah seorang perajin kepada Ganjar.

Alasan tambahan modal tersebut, disebabkan karena adakalanya konsumen dalam jumlah yang banyak, akan tetapi kurang akibat tidak bisa membeli bahan baku. Alhasil kebutuhan pesanan konsumen tidak bisa dipenuhi.

“Kita tidak bisa Pak Ganjar karena terbentur modal,” tegas perajin.

Jumlah perajin ukir mebel di Blimbingrejo mencapai 100 orang, dengan rata-rata perajin punya 5-10 pekerja. Padahal, dari teknik pemasaran, para perajin sudah mengandalkan metode online melalui media sosial seperti Facebook ataupun whatsapp. Ada bagian yang memasarkan, ada yang bagian produksi.

Mendapat curhat dari para perajin tersebut, Ganjar langsung meresponnya dengan cepat. “Langsung sat set aja, tolong kelompoknya diinventarisir biar diklasifikasi jumlah modalnya,” ujarnya.

Ganjar menambahkan, memang industri ukir di Jepara ini masih menjadi idola, khususnya untuk produk gebyok, dan penjualannya masih bagus. Para perajin sudah mau modernisasi cara menjualnya. Namun, lanjut Ganjar, akses permodalan yang masih dibutuhkan.

“Seringkali ketika mengambil kredit KUR ternyata keluhannya sedikit-sedikit, maka pada saat proyeknya sudah berakhir, uangnya sudah habis dipakai bayar buruh, mereka minta skim agar kreditnya bisa lebih mudah, bisa diambil di depan dan seterusnya,” tandas Ganjar.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya