JAKARTA - Lingkungan perumahan Dahiya yang dikuasai Hizbullah di Beirut, Lebanon dibom oleh pesawat tak berawak pada Selasa, (3/1/2024). Akibat insiden tersebut, tujuh orang tewas, termasuk anggota politbiro Hamas, Saleh al-Arouri.
Serangan Israel di Beirut dan pembunuhan pejabat tinggi Hamas menjadi pemicu ketakutan dan membuka luka lama akan eskalasi konflik.
Meskipun belum menerima tanggung jawab atas serangan tersebut, Penasihat Perdana Menteri Israel, Mark Regev, mengatakan untuk menjauhkan negaranya dari serangan tersebut tanpa langsung menyangkal negara tersebut terlibat dalam insiden pemboman.
Berikut 3 alasan Israel melakukan pengeboman di Beirut:
1. Adanya Keinginan Meningkatkan Perang di Gaza
Seorang penulis dan peneliti asal Lebanon, Lina Mounzer meyakini adanya keinginan untuk perang di Gaza oleh Israel. Ia pun memiliki rumah keluarga di Dahiya, yang dibom pesawat tak berawak pada Selasa, 3 Januari 2024, malam.
Diduga rumah tersebut berlokasi di perumahan yang dikuasai Hizbullah. Akibat insiden tersebut, tujuh orang tewas termasuk anggota politbiro Hamas, Saleh al-Arouri.
Hal serupa terjadi ketika Israel mengebom rumah sakit pertama di Gaza. Israel meyakini tidak akan ada kemarahan internasional, maka mereka mulai melakukan pengeboman di kiri, kanan, dan tengah rumah sakit.
2. Adanya Rencana Pembunuhan Pejabat Tinggi Hamas
Kematian Saleh al-Arouri menjadi sorotan dan memicu ketakutan seluruh masyarakat Timur Tengah. Al-Aurori merupakan salah satu pemimpin Hamas terpopuler di Palestina yang reputasinya meningkat.
Tidak hanya itu, Komandan Militer Tingkat Tinggi Samir Findi dan Azzam al-Aqraa tewas bersamaan dengan empat agen lainnya.
Diduga aksi pembunuhan tersebut menjadi tanda-tanda dari Israel, yang melakukan 'pemusnahan' terhadap orang yang memiliki jabatan dan peran penting secara jarak jauh.
3. Memperpanjang Karier Politik PM Netanyahu
Seorang pakar Lebanon, Karim Saifeddine mengatakan bahwa ia meyakini Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memiliki motif untuk melanjutkan perang di Gaza. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan front utaranya dengan Hizbullah dan memperpanjang karir politiknya.
Berdasarkan survei Institut Demokrasi Israel, hanya 15 persen warga Israel yang menginginkan Netanyahu tetap berkuasa setelah Perang Gaza. 56 persen warga Israel mendukung serangan Netanyahu yang terus berlanjut di Gaza. 50 persen lainnya mendukung perluasan front utara bersama Hizbullah.
Peneliti asal Lebanon, Eid, mengatakan Israel sering menginvansi wilayah udaranya dengan drone dan pesawat, menajdi pertanda kemampuan merika bisa meningkat kapan saja.
(Rahman Asmardika)