NEW YORK – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan pada Senin (8/1/2024) bahwa dia telah berupaya membujuk pemerintah Israel untuk mengurangi atau secara signifikan keluar dari Gaza.
Ia berbicara selama acara kampanye di Gereja Episkopal Metodis Afrika Emanuel di Carolina Selatan – tempat terjadinya penembakan massal yang mengerikan pada 2015 – dan disela oleh pengunjuk rasa yang menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza.
“Jika Anda benar-benar peduli dengan nyawa yang hilang di sini, Anda harus menghormati nyawa yang hilang dan menyerukan gencatan senjata di Palestina,” teriak seorang pengunjuk rasa kepada presiden, merujuk pada penembakan massal yang merenggut nyawa sembilan pengunjung gereja.
Sekelompok pengunjuk rasa kemudian mulai meneriakkan ‘gencatan senjata sekarang.’
Pengunjuk rasa ini pun diminta untuk pergi, ketika para pendukung mulai meneriakkan, “Empat tahun lagi.” Momen tersebut menggarisbawahi perpecahan di dalam Partai Demokrat mengenai masalah ini tiga bulan setelah kampanye militer Israel di Gaza menyusul serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
Biden memahami protes tersebut. “Saya memahami semangat yang ada dan saya secara diam-diam bekerja sama dengan pemerintah Israel untuk mengurangi atau secara signifikan keluar dari Gaza,” terangnya.
Setelah pidatonya, wakil manajer kampanye Biden, Quentin Fulks, mengatakan kepada wartawan bahwa Biden mendengarkan semua pendapat Masyarakat.
“Tentu saja, presiden mendengarkan. Dia mendengarkan setiap bagian dari basisnya. Itu sebabnya dia ada di sini dan mengapa kami akan terus membawa pesan ini ke mana pun,” ungkapnya.
“Biden sangat bersikeras bahkan ketika orang-orang berbeda pendapat dengan kami, dari sudut pandang kebijakan, kami tetap menghormati dan memahami pandangan mereka,” lanjutnya.
Ketika ditanya secara khusus tentang para pengunjuk rasa yang menyerukan gencatan senjata, direktur komunikasi Michael Tyler mengatakan Biden memahami keinginan tersebut.
“Presiden mendekati hal ini bukan sebagai seorang politisi, tetapi sebagai seorang manusia dan seorang panglima tertinggi yang melakukan pendekatan ini dari sudut pandang seseorang yang mengutamakan keselamatan Amerika, keamanan global,” ujarnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, terdapat peningkatan rasa frustrasi internal di kalangan staf pemerintahan Biden mengenai respons presiden setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.
Pada November tahun lalu, lebih dari 700 staf dan pejabat politik menandatangani surat yang menyerukan presiden untuk mendukung gencatan senjata dalam konflik Israel-Hamas. Surat tersebut ditandatangani oleh staf yang bekerja di lebih dari 30 departemen dan lembaga, termasuk Badan Perlindungan Lingkungan, Biro Investigasi Federal (FBI) dan Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) NASA.
(Susi Susanti)