Kala Soekarno Marah Bilang Soeharto Opsir Koppig

Qur'anul Hidayat, Jurnalis
Jum'at 12 Januari 2024 07:53 WIB
Soekarno dan Soeharto. (Foto: Dok Ist)
Share :

JAKARTA - Presiden Soekarno menanggapi kabar penculikan Perdana Menteri (PM) Soetan Sjahrir, dengan melayangkan maklumat pengambilalihan pemerintahan sementara. Selain itu, Soekarno juga memerintahkan penangkapan para dalang penculikan yang di antaranya terdapat atasan Overste (Letnan Kolonel) Soeharto.

Soeharto sendiri masih bertugas di komando wilayah Yogyakarta yang dipimpin Mayjen R.P. Soedarsono. Soedarsono ini juga yang jadi salah satu dalang penculikan Sjahrir di Solo, dalam rangkaian manuver kelompok “Persatuan Perjuangan” (PP), untuk menumbangkan Kabinet Sjahrir II.

BACA JUGA:

Melihat Kekuatan dan Kejayaan Militer Indonesia di Era Soekarno, Ditakuti Banyak Negara 

Di markas Resimen III Wiyoro pimpinan Soeharto, utusan presiden, Sundjojo mendatangi Soeharto dengan perintah penangkapan Soedarsono. Sontak, hal itu menimbulkan dilema. Apalagi dianggap tak didapati bukti langsung bahwa Soedarsono terlibat penculikan Sjahir.

"Sungguh gila gagasan itu, pikir saya, di mana ada seorang bawahan harus menangkap atasannya sendiri secara langsung, apalagi tidak ada bukti secara tertulis," ujar Soeharto dalam buku ‘Peristiwa 3 Juli 1946: Menguak Kudeta Pertama dalam Sejarah Indonesia’.

Soeharto lantas mengembalikan surat dari Sundjojo itu melalui Panglima Besar Jenderal Soedirman. Mendapati penolakan perintah itu, Soekarno marah dan bahkan menyebut Soeharto sebagai opsir ‘koppig’ atau keras kepala.

Di sisi lain, upaya menangkap Soedarsono tak hanya terjadi lewat perintah resmi, tapi juga rumor infiltrasi dari beberapa laskar. Oleh karenanya, Soeharto merasa berkewajiban untuk menganjurkan atasannya berlindung di Markas Resimen III Wiyoro, dengan pengawalan satu peleton pasukan.

BACA JUGA:

Kisah Soekarno Ternyata Pernah Ngamuk hingga Lempar Asbak ke Suruhan Soeharto 

Tapi yang terjadi kemudian sungguh unik. Letkol Soeharto yang mulai merasa ada keganjilan, ketika Soedarsono kemudian mengatakan mendapat perintah dari Panglima Soedirman, untuk bersama Soeharto menghadap ke Istana Presiden.

“Wah, keterlaluan panglima saya ini, dikira saya tidak tahu persoalannya. Saya mau diapusi (dibohongi). Tidak ada jalan lain selain balas ngapusi dia. Malam itu juga saya beri info ke Istana, apa yang sedang terjadi. Saya persilakan (Soekarno) menangkap sendiri Mayjen Soedarsono,” ungkap Soeharto lagi.

Pada 3 Juli sembari ingin memberikan maklumat, Soedarsono justru ditangkap dan peristiwa itu pun dikenal sebagai “Peristiwa Kudeta 3 Juli ‘46”.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya