YERUSALEM - Hamas pada Minggu, (14/1/2024) menayangkan video yang menunjukkan tiga sandera Israel yang ditahan di Gaza. Mereka mendesak pemerintah Israel untuk menghentikan serangan terhadap Gaza dan segera membebaskan mereka, saat kedua belah pihak memperingati hari ke-100 perang.
Video berdurasi 37 detik tak bertanggal yang menampilkan Noa Argamani, (26), Yossi Sharabi, (53), dan Itai Svirsky, (38), diakhiri dengan chyron: "Besok kami akan memberi tahu Anda tentang nasib mereka."
Sebelumnya pada Minggu, Hamas mengatakan bahwa mereka kehilangan kontak dengan beberapa sandera ketika pasukan Israel menembaki Gaza, dan mencatat bahwa mereka mungkin terbunuh dalam proses tersebut. Pada awal perang, mereka juga mengancam akan mengeksekusi sandera sebagai pembalasan atas serangan militer Israel.
Para pejabat Israel pada umumnya menolak menanggapi pesan publik Hamas mengenai para sandera, dan menganggapnya sebagai perang psikologis. Hagar Mizrahi, seorang pejabat forensik di Kementerian Kesehatan Israel, mengatakan kepada TV lokal pada 31 Desember bahwa otopsi para sandera yang terbunuh dan telah ditemukan menemukan penyebab kematian yang tidak sesuai dengan pernyataan Hamas bahwa mereka tewas dalam serangan udara.
Namun Israel juga telah menyatakan dengan jelas bahwa mereka sadar akan risiko yang mungkin terjadi terhadap sandera akibat serangan mereka, dan mengambil tindakan pencegahan.
"Operasi militer memerlukan waktu. Hal ini mewajibkan kami untuk bertindak secara tepat, dan kami menyesuaikannya sesuai dengan ancaman dan sandera yang ada di lapangan," kata Juru Bicara Angkatan Bersenjata Laksamana Muda Daniel Hagari pada Minggu, sebagaimana dilansir Reuters.
Dari sekira 240 orang yang ditangkap oleh Hamas dalam pembunuhan lintas batas pada 7 Oktober yang memicu perang, sekitar setengahnya dibebaskan melalui gencatan senjata pada November. Israel mengatakan 132 orang masih berada di Gaza dan 25 di antaranya tewas di penahanan.
Krisis penyanderaan telah membuat warga Israel terguncang akibat serangan terburuk dalam sejarah mereka. Beberapa kerabat sandera telah meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melakukan gencatan senjata lagi atau bahkan membatalkan perang. Dia berjanji akan terus berjuang sampai Hamas hancur, yang menurutnya akan memungkinkan pembebasan para sandera.
Bulan lalu, Netanyahu mengatakan di parlemen bahwa dia telah meminta Beijing untuk membantu membebaskan Argamani, yang ibunya Liora adalah warga China. Menderita penyakit mematikan, Liora Argamani memohon agar bisa bertemu kembali dengan putrinya sebelum dia meninggal.
(Rahman Asmardika)