Namun kelompok Houthi, yang dipasok, dilatih dan diberi nasihat oleh Iran, jelas bertekad untuk melanjutkan serangan mereka terhadap kapal-kapal yang mereka curigai terkait dengan Israel, Amerika Serikat atau Inggris.
Hal ini membuat mereka sangat populer di dalam negeri, di mana banyak warga Yaman merasa kesal dengan pemerintahan brutal mereka.
Mereka juga populer di banyak negara Arab karena Houthi mengatakan mereka mendukung Hamas sebagai bagian dari 'Poros Perlawanan' yang didukung Iran melawan Israel.
Hal ini terjadi setelah Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak berbicara sebelumnya pada hari Senin.
Dalam keterangan resmi percakapan telepon mereka, Gedung Putih mengatakan Biden dan Sunak membahas serangan Houthi yang didukung Iran terhadap kapal dagang dan angkatan laut yang transit di Laut Merah.
“Mereka menegaskan kembali komitmen mereka terhadap kebebasan navigasi, perdagangan internasional, dan membela pelaut dari serangan ilegal dan tidak dapat dibenarkan,” kata Gedung Putih.
“Presiden dan perdana menteri membahas pentingnya meningkatkan bantuan kemanusiaan dan perlindungan sipil bagi masyarakat di Gaza, dan menjamin pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas,” lanjutnya.
Kelompok Houthi mulai menyerang kapal dagang pada bulan November, dengan mengatakan bahwa mereka menanggapi operasi darat militer Israel di Gaza.
Sejak itu, kelompok ini telah melancarkan puluhan serangan terhadap kapal tanker komersial yang melintasi Laut Merah, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.
Sebagai tanggapan, AS dan Inggris melancarkan gelombang serangan udara terhadap puluhan sasaran Houthi pada 11 Januari.
Serangan tersebut yang didukung oleh Australia, Bahrain, Belanda dan Kanada dimulai setelah pasukan Houthi mengabaikan ultimatum untuk menghentikan serangan di wilayah tersebut.
(Susi Susanti)