TOKYO - Masyarakat dunia kini tengah menghadapi masifnya kemajuan teknologi dan informasi di era digital. Terutama dengan kemunculan internet sebagai saluran dari globalisasi yang membantu masyarakat di beragam sektor, mulai dari ekonomi hingga pendidikan.
Hal itu pun membawa sejumlah tantangan bagi industri televisi, radio dan media cetak dengan kemunculan platform media baru seperti media sosial hingga layanan video streaming lainnya.
Dengan begitu masyarakat tidak perlu menunggu tayangan untuk mendapatkan hiburan dan informasi yang informatif.
Akan tetapi tidak semua negara mengalami hal serupa, misalnya negara Jepang yang masih konsisten untuk memberikan informasi primer kepada rakyatnya.
Terutama menggunakan media televisi dan radio untuk menyiarkan informasi mengenai situasi dan evakuasi bencana alam di Jepang.
Jurnalis Senior yang kini menjadi Direktur Utama Bee Media LLC, Haruo Kurasawa mengatakan bahwa televisi dan radio masih menjadi saluran terpercaya bagi rakyat Jepang. Sebab keduanya memberikan informasi secara real time kepada masyarakat.
"Siaran televisi menjadi saluran nomor satu yang sangat terpercaya bagi seluruh lapisan masyarakat. Kemudian radio sangat penting. meskipun disiarkan suara saja, misalnya saat gempa diguncang masyarakat bisa memperoleh informasi yang dibutuhkan kemudian informasi yang disalurkan lewat website,"kata Haruo dalam ceramah di program Japan East Asia Network of Exchange for Students and Youths (JENESYS) Indonesia-Japan Young Journalists Exchange beberapa waktu lalu.
Lantas dia menceritakan bagaimana peran radio yang berhasil memberikan informasi kepada tentara jepang untuk segera menyalurkan bantuan ke daerah bencana gempa bumi di Ishikawa.
"Gempa Ishikawa khususnya Noto terputus. Untuk mengoperasikan itu, tentara mengangkut bahan bakar untuk stasiun televisi,"kata dia.
Dia mengatakan peristiwa kebencanaan kerap kali dinarasikan dengan berlebih-lebihan sehingga berita mengandung hoaks atau berita palsu. Untuk mengatasi itu, pemerintah Jepang selalu menyiarkan informasi bencana melalui media televisi, radio dan media cetak.
"Setiap terjadi bencana yang disebarkan di internet banyak berita hoaks. Meskipun media mengalami penurunan drastis, mereka (rakyat Jepang) terbiasa untuk membaca sehingga penulisan berita tetap dipertahankan di Jepang,"ujar pria yang pernah meliput Tsunami di wilayah Tohoku pada 2011 silam.
Dengan demikian, dia menyakini bahwa tugas jurnalis tidak akan dilelang oleh waktu. Sehingga media massa akan terus dipertahankan.
"Perubahan digitalisasi media massa tidak bisa diprediksi, kegiatan jurnalis yang fundamental,mendatangi lapangan untuk menghimpun informasi, mengedit informasi, pemeriksaan berita tetap dipertahankan,"tuturnya.
(Susi Susanti)