Sebuah pernyataan pemerintah Irak mengatakan daerah-daerah yang dibom oleh pesawat AS termasuk tempat-tempat di mana pasukan keamanan Irak ditempatkan di dekat lokasi-lokasi sipil. Dikatakan 23 orang terluka dan 16 orang tewas.
Gedung Putih mengatakan Amerika Serikat telah memberi tahu Irak sebelum melakukan serangan. Baghdad kemudian menuduh Amerika Serikat melakukan penipuan, dan mengatakan bahwa klaim AS mengenai koordinasi dengan pihak berwenang Irak "tidak berdasar".
Pada Jumat, (2/2/2024) Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan negaranya tidak akan memulai perang, namun akan “merespons dengan keras” siapa pun yang menindasnya. Dia tidak menyebutkan serangan AS dalam pidatonya pada Sabtu yang memperingati hari teknologi luar angkasa Iran.
Pasukan AS telah diserang lebih dari 160 kali di Irak, Suriah dan Yordania sejak 7 Oktober, biasanya dengan kombinasi roket dan drone serang satu arah, sehingga mendorong AS melancarkan beberapa serangan balasan bahkan sebelum serangan terbaru terjadi.
Amerika Serikat menilai bahwa pesawat tak berawak yang menewaskan tiga tentara dan melukai lebih dari 40 orang lainnya di Yordania adalah buatan Iran, kata para pejabat AS kepada Reuters.