GAZA – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Minggu (11/2/2024) bahwa 132 sandera Israel yang tersisa yang ditahan di Gaza masih hidup cukup menjadi alasan untuk membenarkan perang Israel di wilayah tersebut.
Netanyahu mengatakan cukup banyak sandera yang masih hidup di Gaza untuk menjamin upaya yang dilakukan Israel untuk menjamin pembebasan mereka.
“Saya berkomitmen untuk mengeluarkan mereka, melakukan segala upaya. Dan hal ini memerlukan tekanan, tekanan telah berhasil, dan tekanan akan berhasil lagi,” kata Netanyahu kepada ABC News dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Minggu (11/2/2024).
Netanyahu ditanya tentang surat terbuka Forum Sandera dan Keluarga Hilang yang mempertanyakan pendekatan Israel terhadap negosiasi yang sedang berlangsung dengan Hamas, dan komitmennya untuk menjamin pembebasan sandera.
“Saya tidak yakin siapa pun dapat menempatkan diri mereka pada posisi keluarga, namun keluarga juga tidak dapat menempatkan diri mereka sebagai pengambil keputusan,” terangnya.
“Ini adalah dua hal yang terpisah. Mereka menyentuh hati kami, menyentuh hati saya, tapi saya juga bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan rakyat Israel,” tambahnya.
Aqsa Television yang dikelola Hamas pada Minggu (11/2/2024) mengutip seorang pemimpin senior Hamas yang mengatakan setiap serangan darat Israel di Rafah akan “meledakkan” negosiasi pertukaran sandera.
Mesir pada Minggu (11/2/2024) memperingatkan konsekuensi mengerikan dari potensi serangan militer Israel di Rafah, yang terletak di dekat perbatasannya.
“Mesir menyerukan perlunya menyatukan semua upaya internasional dan regional untuk mencegah penargetan kota Rafah di Palestina,” tambah kementerian luar negeri Mesir dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu pada Minggu (11/2/2024) bahwa Israel tidak boleh melancarkan operasi militer di Rafah tanpa rencana yang kredibel untuk menjamin keselamatan sekitar 1 juta orang yang berlindung di sana.
Badan-badan bantuan mengatakan serangan terhadap Rafah akan menjadi bencana besar. Ini adalah tempat terakhir yang relatif aman di wilayah kantong yang hancur akibat serangan militer Israel.
Biden dan Netanyahu berbicara selama sekitar 45 menit, beberapa hari setelah pemimpin AS tersebut mengatakan tanggapan militer Israel di Jalur Gaza “berlebihan” dan menyatakan keprihatinan yang mendalam atas meningkatnya jumlah korban warga sipil di wilayah kantong Palestina tersebut.
Kantor Netanyahu mengatakan bahwa mereka telah memerintahkan militer untuk mengembangkan rencana untuk mengevakuasi Rafah dan menghancurkan empat batalyon Hamas yang dikatakan dikerahkan di sana.
(Susi Susanti)