JAKARTA — Sepak terjang baik itu dari pengalaman dan kerja para relawan Indonesia di Gaza yang tergabung dalam Tim Emergency Medidcal Team (EMT) Bulan Sabit Merah Indonesia diangkat menjadi kajian ilmiah melalui The 1st International Conference on Humanity and Global Solidarity (ICONHUM 2025).
Menurut Ketua Umum BSMI, M. Djazuli Ambari, banyak pengalaman dan praktik klinis para relawan medis Indonesia di Gaza yang bernilai ilmiah tinggi. Namun, selama ini belum terdokumentasi secara sistematis.
Ia pun melihat ICONHUM 2025 menjadi ruang penting untuk mengubah pengalaman tersebut menjadi kontribusi akademik yang bisa memperkaya literatur medis dan kemanusiaan internasional.
“Setiap tindakan medis yang dilakukan di Gaza—baik operasi darurat, penanganan trauma, penyembuhan luka kompleks, sampai misi evakuasi—adalah ilmu. Ilmu yang lahir dari penderitaan, keberanian, dan dedikasi. Sudah saatnya pengalaman itu masuk ke jurnal, konferensi, dan kajian akademik sebagai bagian dari kontribusi Indonesia untuk dunia,” kata Djazuli lewat siaran persnya, Senin (24/11/2025).
Para dokter, perawat, dan tenaga medis yang pernah bertugas di Gaza mempresentasikan temuan klinis, metode penanganan trauma perang, penggunaan teknik lanjutan seperti advanced wound healing, hingga tantangan etis dalam menjalankan misi kemanusiaan di zona genosida. Selain itu, ada juga Workshop Advance Technique Wound Healing yang menghadirkan Basuki Supartono bersama tenaga medis yang baru kembali dari Gaza.
Workshop tersebut memberikan SKP Kemenkes, menegaskan kerja kemanusiaan di lapangan tidak hanya mempunyai nilai moral, tetapi juga kontribusi profesional yang dapat diakui secara ilmiah dan institusional. Para peserta workshop mendapatkan pembelajaran langsung tentang teknik penanganan luka akibat bom, amputasi darurat, perawatan pasien dengan keterbatasan alat, serta strategi field hospital management dalam situasi blokade.
"ICONHUM 2025 juga memperkenalkan pendekatan baru dalam pencatatan dan dokumentasi kerja kemanusiaan medis yaitu transformasi pengalaman lapangan menjadi pengetahuan ilmiah yang dapat dipublikasikan. Para relawan EMT Indonesia difasilitasi untuk menyusun scientific paper, publikasi medis, dan laporan akademik berbasis data lapangan yang mereka kumpulkan selama bertugas di Gaza," pungkasnya.
(Arief Setyadi )