Aksi Sadis Israel Tembaki Ratusan Warga Antre Makanan hingga Warga Terpaksa Makan Kaktus

Erha Aprili Ramadhoni, Jurnalis
Sabtu 02 Maret 2024 11:25 WIB
Israel tembaki warga Gaza yang tengah antre bantuan makanan. (IDF)
Share :

JAKARTA - Agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, terus berlanjut. Belum lama ini, militer Israel menembaki ratusan warga yang tengah berebut bantuan makanan yang sangat dibutuhkan di Gaza Utara. Selain itu, krisis pangan di Gaza Utara yang memburuk membuat warga terpaksa memakan kaktus.

Melansir BBC, Juru bicara kementerian kesehatan Hamas di Gaza, Ashraf al-Qudra, dalam sebuah pernyataan pada Kamis (29/2/2024) sore, setidaknya 112 orang tewas dan 760 lainnya luka-luka dalam insiden itu.

Rekaman udara dramatis yang dirilis oleh militer Israel menunjukkan ribuan orang berada di dalam dan di sekitar truk.

Sedangkan video grafis setelah kejadian yang diposting di media sosial menunjukkan beberapa korban tewas dimuat ke dalam truk bantuan yang sudah kosong dan kereta keledai.

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas menyalahkan Israel atas apa yang disebutnya sebagai "pembantaian".

Adapun Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan kekhawatirannya bahwa hal itu akan mempersulit upaya AS dan mediator lain untuk menengahi gencatan senjata sementara dalam perang antara Hamas dan Israel.

Atas hal ini, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) António Guterres mendesak penyelidikan independen atas kematian lebih dari 100 warga Palestina selama pengiriman bantuan di Gaza.

Guterres mengutuk insiden tersebut dan mengatakan warga sipil yang putus asa membutuhkan bantuan segera.

"Saya mengutuk insiden pada Kamis (29/2/2024) di Gaza di mana lebih dari 100 orang dilaporkan tewas atau terluka saat mencari bantuan untuk menyelamatkan nyawa,” tulis Guterres di media sosial.

“Warga sipil yang putus asa di Gaza membutuhkan bantuan segera, termasuk mereka yang berada di wilayah utara di mana PBB belum dapat memberikan bantuan selama lebih dari seminggu,” lanjutnya.

Di sisi lain, Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letkol Peter Lerner mengatakan beberapa warga sipil mendekati pos pemeriksaan dan mengabaikan tembakan peringatan yang dilakukan tentara di sana.

Militer Israel mengatakan pasukannya menembaki beberapa orang yang mereka anggap sebagai ancaman. Khawatir bahwa beberapa warga sipil dapat menimbulkan ancaman, tentara kemudian menembaki mereka yang mendekat, yang digambarkan oleh Letkol Lerner sebagai "respon terbatas".

Sementara itu, krisis pangan juga terjadi di sudut Gaza Utara lainnya. Pasukan Israel memborbardir toko roti di sana sehingga warga terpaksa memakan kaktus.

Roti akan sangat penting bagi upaya berkelanjutan untuk meringankan kelaparan warga Palestina. Satu dari enam anak di Gaza utara mengalami kekurangan gizi karena kekurangan gizi, namun sebagian besar toko roti berada di reruntuhan akibat pemboman Israel dan pengiriman bantuan berupa tepung jarang terjadi.

"Kami memiliki lima toko roti. Toko roti ini dibom dan toko roti lainnya telah dirusak. Kami memiliki tiga toko roti yang bisa berfungsi," kata Ajour, melansir Reuters, Sabtu (2/3/2024).

Sebuah derek mengangkat peralatan dari reruntuhan yang ingin diselamatkan Ajour. Di dalamnya, oven dan nampan logam bertumpuk bobrok di tengah reruntuhan.

Proposal gencatan senjata Israel yang kini sedang dipelajari oleh Hamas akan memungkinkan impor peralatan roti dan bahan bakar untuk menghidupkan kembali oven.

Ketika toko roti hancur atau tidak dapat berfungsi karena kekurangan bahan bakar, masyarakat harus memanggang roti sendiri sebaik mungkin di atas api yang terbuat dari kayu yang diambil dari reruntuhan bangunan.

Tepung dalam jumlah kecil sekalipun sulit ditemukan atau terlalu mahal untuk dibeli jika tersedia. Orang-orang membuat roti dari pakan ternak dan biji burung. Kebanyakan mengatakan mereka hanya boleh makan paling banyak sekali sehari.

Duduk di dekat rumah yang masih utuh di Jabalia, keluarga Awadeya menyantap daun kaktus pir berduri untuk mengusir rasa lapar.

Meskipun buah kaktus pir berduri umumnya dimakan di sekitar Mediterania, daunnya yang tebal dan berotot hanya dikonsumsi oleh hewan, dihaluskan sebagai makanannya.

"Kami hidup dalam kelaparan. Kami telah menghabiskan segalanya. Tidak ada lagi yang bisa dimakan," katanya.

Ia mengaku berat badannya turun hingga 30 kg karena kelaparan selama konflik.

(Erha Aprili Ramadhoni)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya