“Temuan ini mungkin akan mengejutkan banyak orang karena kita dapat melihat betapa cepatnya bukit pasir besar ini terbentuk, dan bukit pasir tersebut bergerak melintasi gurun dengan kecepatan sekitar 50 cm per tahun,” terangnya, dikutip BBC.
Para ilmuwan menggunakan teknik yang disebut penanggalan pendaran untuk mengetahui usia bukit pasir bintang.
Metode tersebut menghitung kapan butiran pasir terakhir kali terkena sinar matahari.
Sampel pasir diambil dalam kegelapan dari Maroko dan dianalisis di laboratorium dalam kondisi cahaya merah redup mirip dengan lokakarya fotografi kuno.
Prof Duller menggambarkan butiran mineral di pasir sebagai ‘baterai kecil yang dapat diisi ulang’. Mereka menyimpan energi di dalam kristal yang berasal dari radioaktivitas di lingkungan alam.
Semakin lama pasir terkubur di bawah tanah, semakin banyak radioaktivitas yang terpapar dan semakin banyak energi yang terkumpul.
Saat butiran tersebut diekspos di laboratorium, mereka melepaskan energi dalam bentuk cahaya dan para ilmuwan dapat menghitung umurnya.
“Di laboratorium kami yang gelap, kami melihat cahaya dari butiran pasir ini. Semakin terang cahayanya, maka butiran sedimen tersebut semakin tua dan semakin lama sejak terkubur,” lanjutnya.
Contoh lain dari bukit pasir besar ini termasuk Star Dune di Colorado, Amerika Utara, yang merupakan bukit pasir tertinggi di AS, berukuran 225m dari dasar hingga puncak.
Prof Duller mengatakan mendaki bukit pasir ini membutuhkan kerja keras.
“Saat Anda mendaki, Anda naik dua kali dan mundur satu kali. Tapi itu sepadan, semuanya sangat indah jika dilihat dari atas,” tambahnya.
(Susi Susanti)