Petaka Meleburnya KNIL Warisan Belanda dalam Angkatan Perang Indonesia

Awaludin, Jurnalis
Minggu 10 Maret 2024 06:04 WIB
Pasukan KNIL (Foto: Wikipedia)
Share :

TENTARA Hindia-Belanda atau Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) dibentuk oleh Kerajaan Belanda untuk menumpas pemberontakan dan koloni-koloninya di wilayah Hindia Belanda (Indonesia sekarang). Meski namanya tentara Belanda, tapi pasukan KNIL banyak pribumi yang direkrut dan dilatih untuk berperang melawan bangsanya sendiri.

Berdiri dari 1830, KNIL terlibat dalam sejumlah tragedi pembantaian massal yang memilukan. Di antaranya adalah tragedi Pembantaian Sulawesi pada Desember 1946-Februari 1947, dan Pembantaian Rawagede 9 Desember 1947.

KNIL kemudian dibubarkan pada 26 Juli 1950. Tapi, hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) mengamanatkan Republik Indonesia yang baru terbentuk saat itu harus menerima bekas-bekas pasukan KNIL. Mereka dimasukkan dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).

Belanda juga menghibahkan sederet alat perangnya atau alutsista seperti Bren Carrier, tank ringan M3A3 Stuart, hingga tank berat M4A3 Sherman.

 BACA JUGA:

Para eks-KNIL sangat bermanfaat sebagai awak dan instruktur personel TNI lainnya untuk kemudian bisa belajar mengoperasikan sejumlah kendaraan tempur (ranpur). Warisan macam ini tak pelak jadi embrio lahirnya kesatuan kavaleri TNI.

Contoh lain buah manis dari warisan KNIL tak lain adalah pembentukan Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD. Meski digagas Kolonel (Anm) Slamet Rijadi, tapi cikal-bakal salah satu kesatuan elite terbaik di dunia ini dibidani seorang mantan elite KNIL dari Korps Speciale Troepen (KST), Kapten Rokus Bernardus Visser atau Idjon Djanbi.

Ketika Belanda terpaksa mengakui kedaulatan Republik Indonesia, Visser memutuskan tak kembali ke Belanda dan menjadi mualaf di Indonesia. Skill-nya mencetak banyak prajurit handal semasa bertugas di KST, dikagumi Kolonel Alex Evert Kawilarang yang meneruskan cita-cita Slamet Rijadi untuk membentuk pasukan elite.

 BACA JUGA:

Singkat kata, Idjon Djanbi lantas meleburkan diri ke TNI dengan pangkat Mayor, menyusun perangkat Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi (Kesko TT. III/Siliwangi) yang saat ini lebih dikenal sebagai satuan Kopassus TNI AD.

Dari KNIL pula, lahir sejumlah tokoh militer jempolan yang berpengaruh dalam jalannya sejarah republik, terutama di medan tempur pada masa revolusi. Selain para jebolan PETA (Pembela Tanah Air), para “alumnus” KNIL seperti Oerip Soemohardjo, Gatot Soebroto, juga Kawilarang, juga berasal dari didikan militer Belanda.

Penolakan

Tapi sayangnya tak sedikit yang menolak para eks-KNIL untuk dileburkan ke dalam APRIS, pasca-KNIL dibubarkan pada 1950. Sentimen antiBelanda masih begitu melekat bagi para kombatan TNI yang berasal dari kelaskaran maupun PETA. Divisi III Siliwangi merupakan satu dari sedikit satuan APRIS yang mau menerima beberapa eks-KNIL.

 BACA JUGA:

“Tidak banyak juga yang menerima (eks-KNIL-red). Mungkin banyak dari (perwira-red) Siliwangi yang juga eks-KNIL, jadi beberapa ada yang menerima. Tapi (perwira) yang lulusan PETA dan lainnya masih ada unsur penolakan ,” ungkap penggiat sejarah revolusi Firman Hendriansyah kepada Okezone.

Soal gesekan para eks-KNIL dengan PETA ini di tubuh militer republik, sedianya sudah muncul sejak berdirinya Badan Keamanan Rakyat hingga berubah nama jadi TNI.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya