“Ini adalah tingkat dukungan dan persatuan yang luar biasa terhadap sosok Vladimir Putin,” kata seorang koresponden dengan penuh semangat dan merupakan sinyal bagi negara-negara Barat.
Presiden Putin lebih tenang saat menjawab pertanyaan dari wartawan, namun ia memuji kampanye kepresidenan Rusia jauh lebih maju dibandingkan AS, dengan menyebut penggunaan pemungutan suara online yang dilakukan Rusia, yang menurut para pejabat berhasil mendatangkan delapan juta pemilih.
Putin sebelumnya terlihat melakukan satu kali penekanan tombol untuk menggunakan hak demokrasinya.
“Ini transparan dan benar-benar obyektif, tidak seperti di AS yang melakukan pemungutan suara melalui surat Anda dapat membeli suara seharga USD10,” terangnya.
Dia sekarang akan tetap berkuasa setidaknya hingga 2030, dan telah memerintah Rusia sejak tahun 2000. Putin menjadi pemimpin Kremlin yang paling lama menjabat sejak diktator Soviet Joseph Stalin.
Pengawas independen Golos dilarang mengawasi pemungutan suara. Namun laporan mengenai penyimpangan telah muncul, serta adanya tekanan pada pegawai sektor publik untuk memilih baik di TPS atau secara online.
Presiden Putin memuji para pegiat oposisi yang mendorong para pemilih untuk hadir dalam jumlah yang lebih besar, meskipun ia mengecam pihak-pihak yang merusak surat suara mereka dan mengatakan akan ada tindakan yang akan diambil terhadap mereka.
Untuk pertama kalinya dia menyebut nama Alexei Navalny, sebulan setelah pengkritiknya yang paling vokal meninggal di koloni hukuman di dalam Lingkaran Arktik.
Dalam pernyataannya yang mungkin ditujukan untuk membantah tuduhan luas bahwa ia telah membunuh Navalny, Putin membenarkan laporan bahwa ia telah mempertimbangkan untuk menukarnya dengan tahanan yang ditahan di Barat, tetapi dengan syarat bahwa saingannya tidak pernah kembali.
"Aku bilang aku mendukungnya, tapi sayangnya, apa yang terjadi sudah terjadi. Apa yang bisa kamu lakukan? Itulah hidup,” ujarnhya.
Yulia Navalnaya menggambarkan antrean selama enam jam di luar kedutaan Rusia di Berlin sebagai bagian dari kampanye protes pemungutan suara. Dia mengatakan dia telah menuliskan nama mendiang suaminya di kertas suaranya, dan memuji semua orang yang hadir, karena memberinya harapan bahwa semuanya tidak sia-sia.
Seorang pemilih yang melakukan protes di London mengatakan dia telah mengantri lebih dari tujuh jam sebelum memberikan suaranya.
Aktivis dan pengacara Lyubov Sobol mengatakan di Washington DC bahwa pemungutan suara protes tidak akan tercermin dalam hasil pemilu Kremlin, tetapi solidaritas ini menjadi simbol yang tetap penting.
Pemilihan presiden di Rusia tidak akan pernah berjalan seimbang. Kremlin mengontrol dengan ketat sistem politik, media, dan pemilu.
Kandidat Partai Komunis Nikolai Kharitonov hanya memperoleh sedikit lebih dari 4% suara dan rekan-rekan kandidatnya bahkan lebih sedikit lagi.
Tak satu pun dari ketiganya merupakan kandidat yang serius dan Kharitonov bahkan memuji presiden menjelang pemilu karena berusaha mengonsolidasikan bangsa untuk meraih kemenangan di segala bidang.
Jutaan warga Rusia akan memilih Putin untuk masa jabatan kelima karena mereka tidak melihat adanya alternatif lain yang kredibel.
Namun hal ini semata-mata karena Kremlin telah menyingkirkan siapa pun yang mungkin menjadi penantangnya dari kancah politik. Para penentangnya dipenjara, melarikan diri ke pengasingan, atau kehilangan nyawa.
Selama beberapa minggu, ada usulan agar politisi anti-perang bernama Boris Nadezhdin diperbolehkan mencalonkan diri. Namun bulan lalu ia didiskualifikasi oleh komisi pemilu karena semakin banyak warga Rusia mengantri untuk mendaftarkan dukungan mereka.
(Susi Susanti)