5 Fakta Saddam Hussein, Mantan Presiden Irak Hafal Quran yang Digantung Mati Amerika Serikat

Maria Regina Sekar Arum, Jurnalis
Selasa 26 Maret 2024 15:52 WIB
5 fakta Saddam Hussein, mantan Presiden Irak hafal Quran yang digantung mati AS (Foto: Reuters)
Share :

3. Saddam menerima penghargaan UNESCO karena meningkatkan kualitas hidup Irak.

Hussein adalah wakil presiden Partai Ba’ath dari tahun 1968 hingga 1979. Saat itu, Saddam menciptakan program literasi nasional dengan membentuk lingkaran membaca di kota-kota Irak. Melewatkan kelas-kelas tersebut dapat dihukum tiga tahun penjara.

Saddam membangun jalan, sekolah, dan rumah sakit, serta menciptakan sistem kesehatan masyarakat terbaik di wilayah tersebut. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakui prestasinya dalam memberantas buta huruf di negaranya.

Kemudian pada tahun 1979 ia mengambil alih kekuasaan. Tindakannya di tahun-tahun mendatang akan membuat perkembangannya tampak seperti penipuan terencana.

4. Saddam benci Froot Loops

Spesialis Angkatan Darat AS, Sean O’Shea anggota Garda Nasional Pennsylvania, dituduh sebagai sipir pribadi Saddam, sementara diktator yang digulingkan itu menjadi tahanan Amerika di Baghdad. O'Shea menyapu lantai, menyajikan makanan, dan pada dasarnya menjadi pelayan Saddam Hussein.

Orang tua itu memberinya nasihat tentang segala hal mulai dari wanita hingga urusan rumah tangga. Salah satu dari beberapa kali O'Shea "melihatnya dipukuli" adalah ketika penjara kehabisan Raisin Bran Crunch dan harus melayani pria Froot Loops. Saddam diketahui membenci mereka.

5. Saddam muda dibesarkan oleh seorang ibu tunggal dan ingin menjadi pengacara

Saddam muda dibesarkan oleh ibunya setelah ayah yang seorang penggembala menghilang suatu hari. Pengaruh laki-laki terbesar dalam hidupnya adalah pamannya, yang merupakan anggota Partai Baath.

Ketika saudara laki-lakinya meninggal karena kanker, ibu Hussein tidak dapat lagi merawat Saddam dan dia tinggal bersama pamannya yang nasionalis Arab di Baghdad. Setelah upaya pembunuhan yang gagal terhadap presiden Irak saat ini, Abd al-Karim Qasim, Saddam melarikan diri. Ke Suriah, lalu ke Mesir, tempat ia belajar hukum.

Ketika Qasim akhirnya dicopot dari jabatannya pada tahun 1963, Saddam, seorang pengacara terpelajar, kembali ke Irak dan Partai Baath.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya