JAKARTA - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (5/4/2024) sore, setelah pagi tadi bersaksi dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi.
Selain Airlangga dan Sri Mulayani, beberapa menteri lain juga hadir dalam pertemuan dengan Jokowi sore ini.
Sri Mulyani mengaku membahas mengenai lagu indikatif untuk anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2025.
"Sore hari ini saya bersama dengan Menko Perekonomian dan Menteri Bappenas membahas pagu indikatif untuk APBN 2025," kata Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan.
BACA JUGA:
Sri Mulyani menjelaskan bahwa RAPBN 2025 yang merupakan APBN pertama untuk pemerintah baru saat ini masih disusun sesuai dengan siklus dari APBN yang dimulai dengan pembahasan mengenai kebijakan ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal.
"Nah hari ini adalah tahapan untuk memberikan indikasi mengenai pagu indikatif untuk kementerian lembaga. Tadi telah dilaporkan bahwa untuk tahun 2025, kita memulai dengan tantangan yang kemungkinan dihadapi baik dari sisi global, baik sisi ekonomi seperti terjadinya kenaikan suku bunga, inflasi dan juga dari arus modal terpengaruh. tensi dari geopolitik, juga adanya tren seperti digitalisasi, climate change dan demografi yang semakin aging," jelasnya.
Sri Mulyani mengatakan bahwa untuk mencapai high-income country, maka untuk RAPBN 2025 akan tetap dikelola dan difokuskan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan tantangan struktural.
BACA JUGA:
"Yaitu bagaimana meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu fokus dari kebijakan fiskal 2025 untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi, meningkatkan well-being atau kesejahteraan dan konvergensi kesejahteraan dan kemajuan antardaerah," kata Sri Mulyani.
"Untuk beberapa fokus seperti hilirisasi, transformasi hijau, pembangunan infrastruktur, SDM unggul, inklusivitas dan reformasi birokrasi akan tetap dilakukan," sambungnya.
Presiden Jokowi, kata Sri Mulyani, juga meminta untuk tetap berkomunikasi dengan pemerintah baru. Sehingga, katanya, pemerintah baru bisa pada tahun pertama langsung melaksanakan program-program yang menjadi prioritas yang sudah disampaikan.