BEIJING - China dilaporkan sedang mengalami resesi dengan terus bermunculannya berita pemutusan hubungan kerja dan pemotongan gaji. Saat ini, tidak hanya pekerja yang mengalami tunggakan gaji dan PHK, namun permasalahan tersebut juga berdampak pada sistem keuangan dan perbankan.
Mengutip dari The HK Post, Jumat (19/3/2024), banyak kasus dilaporkan mengenai pekerja di China yang diberhentikan tanpa menerima gaji yang belum dibayarkan. Selain itu, para deposan mendapati diri mereka tidak dapat menarik uang karena rekening mereka hilang tanpa kompensasi. Banyak Bank dan Perusahaan Sekuritas di China Daratan telah mengurangi gaji karyawannya.
Berujung pada gelombang pengunduran diri di kalangan eksekutif senior, beberapa ahli meyakini bahwa pemotongan gaji merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari resesi ekonomi di China, dan mungkin menandakan penurunan signifikan bagi industri real estate.
Ada pula yang berpendapat bahwa hal ini terkait tindakan keras pemerintah Presiden China Xi Jinping terhadap tingginya gaji di sektor keuangan, meski mereka berpendapat bahwa metode yang digunakan memiliki kelemahan dan pada akhirnya dapat merugikan perekonomian China.
Gong Shengle, Ekonom independen dari China Daratan, mengatakan kepada media Epoch Times pada 12 April lalu bahwa pemotongan upah di sektor keuangan adalah akibat yang tidak dapat dihindari dari perlambatan ekonomi China.
Kemunduran industri keuangan China merupakan tren yang tidak bisa dihindari, dan pengurangan upah mungkin merupakan langkah yang perlu dilakukan. Dia menekankan bahwa jika masyarakat tidak dapat menyetor atau menarik uang secara normal, dan bank tidak dapat memberikan pinjaman serta pembiayaan kepada dunia usaha seperti biasanya, hal ini dapat menyebabkan krisis pada industri perbankan.
Pemotongan Gaji
Setelah slogan "hidup berkecukupan" China Merchants Bank menjadi trending topic, berita mengenai "pegawai bank dengan gaji tahunan sebesar 300.000 Yuan (sekira Rp 670 juta) harus menjalani kehidupan yang ketat" juga menjadi tren pada 12 April.
Menurut China News Weekly, laporan tahunan dari enam bank besar milik negara di China menunjukkan bahwa, kecuali China Merchants Bank dan Industrial Bank, gaji per kapita di bank lain telah menurun. Perlu dicatat bahwa terjadi tuntutan gaji terbalik, di mana bank meminta kembali gaji dan bonus karyawan secara bertahap, dan hal ini telah menjadi norma di industri tersebut.
Dalam laporan tahunan pada 2023, lebih dari 10 bank terdaftar, termasuk China Merchants Bank, Bank of China, Bohai Bank, Harbin bank, Bank of Tianjin, Dongguan Rural Commercial Bank dan Chong Qing Rural Commercial Bank, mengumumkan informasi relevan mengenai jaminan dan pemotongan gaji kinerja.
Selain itu, mekanisme pembayaran dan rabat bank yang berbasis kinerja tidak hanya menyasar para eksekutif senior, namun juga posisi-posisi kunci yang bertanggung jawab atas manajemen risiko dan karyawan yang mempunyai dampak langsung terhadap risiko operasional bank.
Selain itu, bagi sebagian pekerja bank, terdapat juga risiko penggantian karena pengurangan biaya dan peningkatan efisiensi telah menjadi prioritas utama. Menurut data laporan tahunan bank, jumlah total karyawan di Agricultural Bank of China, ICBC, Industrial Bank, dan Ping An Bank menurun hingga batas tertentu pada 2023.
Buruknya Perekonomian China
Karyawan di bank Guangzhou juga mengalami tunggakan gaji. Banyak netizen melaporkan bahwa pusat kartu kredit bank Guangzhou dengan jahat melakukan gagal bayar dan memotong gaji seluruh karyawan, termasuk karyawan yang sedang hamil dan menyusui.
Pada 19 Januari, ketika bank seharusnya membayar gaji bulan Desember, diadakan rapat dadakan yang diumumkan secara lisan bahwa tim penggajian terlalu sibuk dan pembayaran akan ditunda hingga 6 Februari. Pada 6 Februari, diadakan rapat lain yang dilakukan secara lisan mengumumkan bahwa hanya 30 persen dari gaji bulan Desember yang akan dibayarkan dan 60 persen dipotong.
Menurut pangkat dan gaji berbasis kinerja dari seluruh karyawan pusat kartu di China akan didiskon sebesar 30 persen pada tahun 2024. Kabar tunggakan gaji Bank Guangzhou memicu diskusi hangat di Weibo pada 7 Februari. Bahkan saat Tahun Baru Imlek, gaji untuk bulan Desember dan Januari tidak dibayar. Gaji masih terutang dan pihak berwenang secara konsisten menyebutkan penyelesaian sebagai alasan tunggakan.
Pada awal April tahun ini, Bank Pembangunan Pudong Shanghai membatalkan bonus akhir tahun, dan pada 14 April, Bank Guangzhou gagal membayar gaji. Situasinya diperkirakan akan lebih buruk lagi pada tahun ini, dan akar penyebabnya dianggap karena buruknya kinerja perekonomian China.
(Rahman Asmardika)