NEW YORK – Kisah Terry Anderson, seorang jurnalis Amerika Serikat (AS) yang disandera oleh militan Islam selama hampir tujuh tahun di Lebanon dan menjadi simbol penderitaan para sandera Barat selama perang saudara di negara itu pada tahun 1975-1990 menarik perhatian banyak mata.
Anderson baru saja meninggal pada Minggu (21/4/2024) pada usia 76 tahun. Tidak ada penyebab kematian yang diberikan. Berikut profil sang jurnalis tersebut.
Lahir 27 Oktober 1947, di Lorain, Ohio, Anderson dibesarkan di Batavia, New York. Dia lulus dari Iowa State University dan menghabiskan enam tahun di Korps Marinir, sebagian besar sebagai jurnalis.
Dikutip Reuters, dia bekerja untuk AP di Detroit, Louisville, New York, Tokyo, Johannesburg dan kemudian Beirut, tempat dia pertama kali meliput invasi Israel pada tahun 1982.
Di kota yang dilanda perang itu, dia jatuh cinta dengan wanita Lebanon Madeleine Bassil, yang merupakan tunangannya dan sedang mengandung putri mereka Sulome ketika dia diculik.
Dia meninggalkan putrinya Sulome dan Gabrielle, saudara perempuannya Judy dan saudara laki-lakinya Jack, dan oleh Bassil, yang disebut Sulome Anderson sebagai mantan istri dan sahabatnya.
Anderson dan rekan-rekan sandera mengembangkan sistem komunikasi dengan mengetuk dinding di antara sel mereka. Selalu menjadi jurnalis, Anderson menyampaikan berita tentang dunia luar yang dia peroleh selama penawanan kepada utusan Gereja Inggris Terry Waite, disandera di kamar sebelah pada bulan September 1990 setelah bertahun-tahun dikurung di sel isolasi.