WASHINGTON - Sebuah kelompok pro-Palestina di Amerika Serikat (AS) mengajukan pengaduan hak-hak sipil federal terhadap Universitas Columbia menyusul penangkapan massal pengunjuk rasa anti-perang pekan lalu setelah kampus tersebut memanggil polisi untuk membersihkan perkemahan para demonstran.
Palestine Legal, sebuah organisasi yang berupaya melindungi hak-hak masyarakat AS untuk berbicara atas nama warga Palestina, mendesak Departemen Pendidikan AS untuk menyelidiki tindakan sekolah tersebut, yang dianggap diskriminatif terhadap mereka yang pro-Palestina.
Universitas Columbia tidak segera menanggapi permintaan komentar. Pekan lalu, universitas mencoba untuk menutup demonstrasi kampus dengan paksa ketika Presiden Columbia Minouche Shafik mengambil tindakan yang tidak biasa dengan mengundang polisi Kota New York untuk memasuki kampus, yang memicu kemarahan banyak kelompok hak asasi manusia, mahasiswa dan dosen. Lebih dari 100 orang ditangkap, mengingatkan kita pada demonstrasi menentang Perang Vietnam di Kolombia lebih dari 50 tahun lalu.
Protes terus berlanjut di Columbia dan menyebar ke kampus-kampus lain di AS di mana ratusan orang telah ditangkap dalam seminggu terakhir.
Para demonstran menyerukan diakhirinya perang Gaza, di mana Israel telah menewaskan 34.000 orang, menurut kementerian kesehatan Gaza, membuat hampir seluruh penduduk Gaza mengungsi dan menyebabkan meluasnya kelaparan dan tuduhan genosida yang dibantah Israel. Perang ini telah menimbulkan perbincangan hangat di seluruh Amerika Serikat, sekutu terpenting Israel.
Dikutip Reuters, kelompok advokasi mencatat peningkatan kebencian dan bias terhadap orang Yahudi, Arab dan Palestina.
Insiden-insiden yang mengkhawatirkan di AS termasuk penikaman fatal terhadap seorang warga Amerika keturunan Palestina berusia 6 tahun di Illinois pada bulan Oktober, penembakan terhadap tiga siswa keturunan Palestina pada bulan November di Vermont, dan penikaman pada bulan Februari terhadap seorang pria Palestina-Amerika di Texas.
Menteri Pendidikan AS Miguel Cardona mengatakan pada Kamis (25/4/2024) bahwa dia mengikuti laporan tuduhan antisemitisme di kampus-kampus. Awal bulan ini, seorang mantan mahasiswa Universitas Cornell mengaku bersalah karena memposting ancaman online, termasuk kematian dan kekerasan, terhadap mahasiswa Yahudi di kampus.
Israel menyerang Gaza setelah militan Islam Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang, menurut penghitungan Israel. Hamas mengatakan aktivitas bersenjatanya merupakan perlawanan terhadap pendudukan Israel, sementara Israel mengatakan tindakannya sejak 7 Oktober adalah untuk membela diri setelah serangan tersebut.
(Susi Susanti)