LOS ANGELES – Polisi telah menahan lebih dari 2.000 orang di seluruh negeri dalam dua minggu terakhir di demonstrasi kampus dan kamp protes di Amerika Serikat (AS).
Penangkapan itu termasuk 209 penangkapan pada Kamis (2/5/2024) pagi di Universitas California Los Angeles (UCLA).
Ratusan petugas anti huru hara bergerak ke kampus utama UCLA sebelum fajar dan membersihkan perkemahan pro-Palestina.
Polisi secara paksa membubarkan sejumlah pengunjuk rasa pro-Palestina di beberapa perguruan tinggi pada Kamis (2/5/2024), termasuk merobohkan sebuah perkemahan di UCLA.
Pada dini hari, polisi yang mengenakan helm menyerbu tenda kota yang didirikan di UCLA, menggunakan 'flash bang' dan perlengkapan antihuru-hara untuk menerobos barisan pengunjuk rasa yang saling bergandengan tangan untuk menghentikan pergerakan mereka.
Polisi berulang kali mendesak para demonstran untuk mengosongkan zona protes, yang menempati alun-alun pusat seukuran lapangan sepak bola, sebelum mereka masuk.
Lusinan ledakan keras terdengar dari granat kejut yang ditembakkan oleh polisi, sementara para demonstran, beberapa membawa perisai dan payung darurat, meneriakkan "dorong mereka mundur" dan menyorotkan cahaya terang ke mata petugas.
Tayangan TV langsung menunjukkan petugas membongkar tenda dan menghancurkan barikade darurat.
Beberapa pengunjuk rasa terlihat mengenakan topi keras, kacamata dan masker respirator untuk mengantisipasi pengepungan tersebut sehari setelah universitas menyatakan perkemahan itu melanggar hukum.
Pada pagi hari, alun-alun dipenuhi sisa-sisa perkemahan yang hancur: tenda, selimut, wadah makanan, bendera Palestina, dan helm yang terbalik. Polisi tetap berjaga pada paruh pertama hari itu saat area tersebut dibersihkan dari puing-puing.
Di Portland, Oregon, polisi memasuki perpustakaan Universitas Negeri Portland pada Kamis (2/5/2024) pagi, tempat para demonstran melakukan barikade sejak Senin (29/4/2024). Beberapa lusin pengunjuk rasa berlari keluar gedung dan menyerbu barisan petugas antihuru-hara, yang kemudian menangkap mereka.
Di New Hampshire, polisi menangkap sekitar 100 pengunjuk rasa dalam insiden terpisah di Universitas Dartmouth dan Universitas New Hampshire semalam, sehingga membubarkan perkemahan.
Protes tersebut menyusul serangan mematikan pada 7 Oktober di Israel selatan oleh militan Hamas dari Jalur Gaza, yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan puluhan orang disandera, dan serangan Israel berikutnya yang telah menewaskan sekitar 34.000 orang dan menciptakan krisis kemanusiaan.
Demonstrasi di kampus tersebut ditanggapi dengan para pengunjuk rasa tandingan yang menuduh mereka mengobarkan kebencian anti-Yahudi. Pihak pro-Palestina, termasuk beberapa orang Yahudi yang menentang tindakan Israel di Gaza, mengatakan bahwa mereka secara tidak adil dicap sebagai antisemit karena mengkritik pemerintah Israel dan menyatakan dukungan terhadap hak asasi manusia.
(Susi Susanti)