Beberapa pengunjuk rasa terlihat mengenakan topi keras, kacamata dan masker respirator untuk mengantisipasi pengepungan tersebut sehari setelah universitas menyatakan perkemahan itu melanggar hukum.
Pada pagi hari, alun-alun dipenuhi sisa-sisa perkemahan yang hancur: tenda, selimut, wadah makanan, bendera Palestina, dan helm yang terbalik. Polisi tetap berjaga pada paruh pertama hari itu saat area tersebut dibersihkan dari puing-puing.
Di Portland, Oregon, polisi memasuki perpustakaan Universitas Negeri Portland pada Kamis (2/5/2024) pagi, tempat para demonstran melakukan barikade sejak Senin (29/4/2024). Beberapa lusin pengunjuk rasa berlari keluar gedung dan menyerbu barisan petugas antihuru-hara, yang kemudian menangkap mereka.
Di New Hampshire, polisi menangkap sekitar 100 pengunjuk rasa dalam insiden terpisah di Universitas Dartmouth dan Universitas New Hampshire semalam, sehingga membubarkan perkemahan.
Protes tersebut menyusul serangan mematikan pada 7 Oktober di Israel selatan oleh militan Hamas dari Jalur Gaza, yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan puluhan orang disandera, dan serangan Israel berikutnya yang telah menewaskan sekitar 34.000 orang dan menciptakan krisis kemanusiaan.
Demonstrasi di kampus tersebut ditanggapi dengan para pengunjuk rasa tandingan yang menuduh mereka mengobarkan kebencian anti-Yahudi. Pihak pro-Palestina, termasuk beberapa orang Yahudi yang menentang tindakan Israel di Gaza, mengatakan bahwa mereka secara tidak adil dicap sebagai antisemit karena mengkritik pemerintah Israel dan menyatakan dukungan terhadap hak asasi manusia.
(Susi Susanti)