WASHINGTON - Raja Yordania Abdullah II mengatakan kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam pertemuan pribadi pada Senin (6/5/2024) bahwa serangan Israel di Rafah akan menyebabkan “pembantaian baru” terhadap warga sipil Palestina dan mendesak komunitas internasional untuk mengambil tindakan segera.
“Raja memperingatkan dampak serangan darat Israel di Rafah, yang dapat menyebabkan konflik regional,” kata sebuah pernyataan dari istana kerajaan Yordania setelah Abdullah makan siang bersama Biden di Gedung Putih.
Israel melancarkan serangan udara di Rafah pada Senin (6/5/2024) dan meminta warga Palestina untuk mengevakuasi bagian-bagian kota di mana lebih dari satu juta orang terpaksa mengungsi akibat perang tujuh bulan.
Pada Minggu (5/5/2024), Hamas menegaskan kembali tuntutannya untuk mengakhiri perang dengan imbalan pembebasan sandera, dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas mengesampingkan hal tersebut. Hamas juga menyerang penyeberangan Kerem Shalom ke Gaza, yang menurut Israel menewaskan tiga tentaranya.
Dalam panggilan telepon pada Senin (6/5/2024) dengan Netanyahu, Biden menekan Netanyahu untuk tidak melanjutkan serangan militer Israel skala besar di Rafah. Presiden AS telah vokal dalam tuntutannya agar Israel tidak melakukan serangan darat di Rafah tanpa rencana untuk melindungi warga sipil Palestina.
Pernyataan Yordania mengatakan Abdullah dalam pertemuannya dengan Biden memperingatkan bahwa serangan Israel di Rafah, di mana 1,4 juta warga Palestina menjadi pengungsi internal akibat perang di Gaza, mengancam akan mengarah pada pembantaian baru.
“Yang Mulia menekankan pentingnya semua upaya untuk segera mencapai gencatan senjata di Gaza,” katanya.
“Raja dan presiden AS menegaskan komitmen mereka untuk berupaya mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan di Gaza, menekankan pentingnya memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan ke Jalur Gaza mengingat kebutuhan yang sangat mendesak,” lanjutnya.
Pemerintahan Biden dan para pejabat Israel masih berselisih mengenai rencana serangan militer Israel di kota Rafah di Gaza selatan, di mana Israel memerintahkan warga Palestina untuk mulai mengevakuasi beberapa bagian pada Senin (6/5/2024).
Biden terakhir kali bertemu Raja Abdullah di Gedung Putih pada Februari lalu dan kedua sekutu lama tersebut membahas sejumlah tantangan yang menakutkan. Termasuk serangan darat Israel yang akan terjadi di Gaza selatan dan penderitaan warga sipil Palestina. Yordania dan negara-negara Arab lainnya sangat kritis terhadap tindakan Israel dan menuntut gencatan senjata sejak pertengahan Oktober ketika korban sipil mulai meroket.
Perang dimulai setelah Hamas mengejutkan Israel dengan serangan lintas batas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan 252 sandera, menurut penghitungan Israel.
Lebih dari 34.600 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 77.000 lainnya terluka dalam serangan Israel, menurut kementerian kesehatan Gaza.
(Susi Susanti)