Warga kemudian memanggil aparat pemerintah setempat. Peristiwa tersebut kemudian sampai ke telinganya. Gangsal kemudian meluncur ke lokasi kejadian dan berusaha melakukan mediasi antara kedua belah pihak.
Dia kemudian berusaha mendamaikan pemilik pohon petai dengan ibu yang kedapatan mencuri tersebut. Gangsal menginginkan agar kasus tersebut diselesaikan secara kekeluargaan dan tidak perlu sampai proses hukum.
"Ya barang buktinya memang sepele, hanya petai. Tapi saat ini kan harga petai masih mahal," ujar dia.
Ketika ditanya alasannya mencuri, karena hanya untuk lauk suaminya sedang sakit. Tak ada niatan untuk menjualnya kembali petai-petai tersebut. Alasan tersebut juga diperkuat dengan keterangan anak dari pelaku pencurian tersebut.
"Ya kami percaya saja. Wong nyurinya juga hanya sepuluh. Benar-benar sepuluh. Kalau mau dijual lagi ya nyuri yang lebih banyak," tambahnya.
Namun untuk meyakinkan pemilik pohon petai, maka Gangsal kemudian ikut serta ke rumah ibu dan anak di Kalurahan Temuwuh. Berkoordinasi dengan Bhabinkamtibmas Temuwuh, Gangsal kemudian ikut ke rumah pelaku.
Sampai di kediaman pelaku, Gangsal mengaku sedih dan trenyuh dengan kondisi rumah tangga pelaku. Karena mereka memang berasal dari keluarga yang benar-benar tidak mampu. Sang kepala keluarga sudah menderita sakit cukup lama dan sering kambuh ketika dipaksa untuk bekerja keras.
"Jadi yang menggantikan peran mencari nafkah ya ibu yang mencuri tadi," kata dia.