JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta Pemerintah Kota Tangsel turun tangan memberikan perlindungan psikologi pada anak balita yang menjadi korban pelecehan terhadap seorang ibu kandung berinisi R (22) hingga viral di media sosial.
Komisioner KPAI Dian Sasmita mengatakan, KPAI prihatin dengan ananda anak balita yang mengalami kekerasan seksual dan psikis. Kejadian itu membuat sang anak mempunyai memori buruk yang akan sangat melekat di otak serta dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya.
"Memori buruk tersebut akan sangat melekat di otak anak dan dapat berpengaruh pada tumbuh kembangnya," kata Dian dalam keterangannya, Senin (3/6/2024).
Ia meminta pemerintah daerah (Pemda) setempat, harus bergerak dengan memberi dukungan tenaga profesional kepada sang anak. "Seperti psikolog dan juga pekerja sosial (Peksos) wajib segera menyelamatkan ananda dan melanjutkan dengan rangkaian intervensi," tutur dia.
Sementara itu, pihaknya memliki salah satu tugas pokok dan fungsi (tusi) untuk melaporkan pelanggaran hak anak ke penegak hukum. Atas kejadian ini, KPAI berkoordinasi dengan Bareskrim Polri terkait kasus ini dengan melibatkan unit siber.
"KPAI akan terus berkoordinasi dengan penegak hukum dan lembaga layanan di Tangerang Selatan untuk mengawal kasus ini," katanya.
Ia mengatakan, konvensi Hak Anak Pasal 39 mewajibkan negara mengambil langkah-langkah rehabilitatif untuk membantu anak korban.