Setelah itu, Pemerintah Indonesia membeli senjata dari AS namun dialihkan ke negara-negara blok Timur, terutama Uni Soviet. Upaya pembelian senjata dipimpin Jenderal AH Nasution.
Saat itu, Indonesia mendapatkan bantuan kekuatan armada laut dan udara militer dari Uni Soviet dengan nilai US$2,5 miliar dalam rangka Trikora. Saat itu, kekuatan militer Indonesia menjadi yang terkuat di seluruh belahan bumi selatan, menandingi Australia
Kekuatan utama Indonesia adalah salah satu kapal perang terbesar dan tercepat di dunia buatan Soviet dari kelas Sverdlov. Kapal perang itu memiliki 12 meriam raksasa kaliber enam inci. Setelah tiba di Indonesia, kapal ini berganti nama menjadi KRI Irian.
Kapal jenis ini adalah Kapal Penjelajah konvensional terakhir yang dibuat untuk AL Soviet. 13 kapal diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap kuno dengan munculnya rudal (peluru kendali).
Kapal ini adalah versi pengembangan dari penjelajah kelas Chapayev. KRI Irian sebenarnya adalah kapal Penjelajah Ordzhonikidze dari armada Baltik AL Soviet yang dibeli oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1962. Saat itu KRI Irian merupakan kapal terbesar di belahan bumi selatan. Kapal ini digunakan secara aktif dalam Operasi Trikora untuk persiapan merebut Irian Barat.
Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Indonesia saat itu, Soekarno mengumumkan pelaksanaan Operasi Trikora tepatnya di Alun-alun Utara Yogyakarta. Adapun Program Trikora yang berisi:
1. Gagalkan pendirian negara merdeka di Irian Barat
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum yang mencakup seluruh rakyat Indonesia untuk membebaskan Irian Barat dari imperialisme Belanda
Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto saat itu diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia.
(Salman Mardira)