LEBANON – Dunia sedang khawatir dan menunggu jawaban apakah perang antara Israel dengan Hizbullah benar-benar akan terjadi atau tidak.
Omer Dostri, seorang spesialis penelitian di Institut Yerusalem untuk Strategi dan Keamanan,Eytan Center dan Forum Pertahanan dan Keamanan Israel membahas masa depan perang melawan Hizbullah dan tingkat kesiapan dari lini depan Israel dengan Maariv, surat kabar harian berbahasa Ibrani yang diterbitkan di Israel.
“Utusan khusus pemerintah AS, Amos Hochstein, telah mengadakan beberapa putaran pertemuan di Israel dan Lebanon sejak 7 Oktober, dengan tujuan mencegah eskalasi lebih lanjut dan dimulainya perang habis-habisan antara Israel dan Lebanon,” terangnya.
Hochstein sedang berusaha mencapai kesepakatan komprehensif antara Israel dan Lebanon, yang akan melibatkan penarikan militer Israel dari sepanjang perbatasan, yang diklaim Hizbullah sebagai milik Lebanon, dan bukan sekadar kesepakatan untuk mencegah eskalasi.
Hochstein telah gagal dalam semua upaya sebelumnya, terutama karena penolakan Hizbullah untuk menarik pasukannya dari bawah sungai Litani, sehingga putaran diplomatik ini diperkirakan juga akan gagal.
“Sulit dipercaya bahwa Hizbullah akan menarik pasukannya keluar dari Litani atas inisiatifnya sendiri dan tanpa paksaan apa pun. Sejauh menyangkut kelompok ini, mereka telah mencapai prestasi strategis melawan Israel, seperti menyerang pangkalan dan infrastruktur militer, menyerang tentara, dan memaksa evakuasi warga sipil Israel dari seluruh wilayah Utara negara itu. Semua ini dilakukan sambil menjaga keseimbangan pencegahan terhadap Israel,” ungkapnya.
“Secara umum, gagasan Hizbullah mundur melewati Sungai Litani didasarkan pada gagasan kuno dan naif yang lenyap pada tanggal 7 Oktober. Bahkan jika Hizbullah mundur melewati Sungai Litani, kemungkinannya, sebagaimana disebutkan, sangat kecil. Jika tidak, maka Israel akan dapat segera kembali ke posisinya di Selatan, dan kemungkinan besar Israel tidak akan membalasnya lagi. Hal ini disebabkan oleh keengganannya untuk berperang, seperti yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir,” paparnya.
“Selain itu, tidak mungkin pihak-pihak internasional dapat memaksa Hizbullah untuk mundur ke Lebanon utara, baik dengan adanya perjanjian baru atau setelah kembalinya Hizbullah ke wilayah tersebut segera setelah mereka seolah-olah menarik diri ke Utara,” ungkapnya.