“Setiap jam penundaan, Israel membunuh lebih banyak orang, kami menginginkan gencatan senjata sekarang,” terang Khalil, 45, seorang guru dari Gaza, yang kini mengungsi bersama keluarganya di kota Deir Al-Balah di Jalur Gaza tengah.
“Cukup atas darah kita, saya katakan kepada Israel, Amerika, dan para pemimpin kita juga. Perang harus dihentikan,” katanya kepada Reuters melalui aplikasi obrolan.
Pernyataan militer Israel tidak memberikan komentar langsung mengenai 17 kematian tersebut namun mengatakan pasukan terus beroperasi melawan faksi militan di wilayah tengah Gaza.
Komandan sel penembak jitu Jihad Islam dibunuh oleh pesawat tempur Israel, dan pasukan juga menghilangkan sel militan.
Sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam mengatakan para pejuang menghadapi pasukan Israel di zona tempur dengan roket anti-tank dan bom mortir, dan di beberapa daerah meledakkan alat peledak yang sudah dipasang sebelumnya terhadap unit-unit tentara.
Kampanye darat dan udara Israel dipicu ketika militan pimpinan Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.
Serangan tersebut telah menyebabkan kehancuran di Gaza, menewaskan lebih dari 37.400 orang, menurut otoritas kesehatannya, dan menyebabkan sebagian besar penduduknya kehilangan tempat tinggal dan kemiskinan.
Sejak gencatan senjata selama seminggu pada bulan November, upaya berulang kali untuk mengatur gencatan senjata telah gagal, dengan Hamas bersikeras untuk mengakhiri perang secara permanen dan penarikan penuh Israel dari Gaza. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menolak mengakhiri perang sebelum Hamas dibasmi dan para sandera dibebaskan.
(Susi Susanti)