NEW YORK – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Antony Blinken mengatakan perjalanan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Pyongyang adalah tanda “keputusasaan” Putin untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara yang dapat mendukung perangnya di Ukraina.
Seperti diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di Korea Utara pada Rabu (19/6/2024) untuk kunjungan pertamanya dalam 24 tahun. Dalam kunjungannya ini, Putin berjanji untuk memperdalam hubungan perdagangan dan keamanan dengan negara tertutup yang memiliki senjata nuklir dan mendukungnya melawan AS.
Media pemerintah Rusia mengatakan pesawat Putin mendarat di Pyongyang sekitar pukul 02.45 setelah singgah di timur jauh Rusia.
Blinken menambahkan bahwa dukungan Tiongkok telah memungkinkan Rusia mempertahankan basis industri pertahanannya, memasok 70% impor peralatan mesin Moskow dan 90% mikroelektronika. “Itu harus dihentikan,” katanya, dikutip Reuters.
Pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell mengatakan Washington khawatir dengan apa yang akan diberikan Rusia kepada Korea Utara sebagai imbalan atas senjata yang dipasok Pyongyang.
"Mata uang keras? Apakah energi? Apakah kemampuan yang memungkinkan mereka mengembangkan produk nuklir atau rudalnya? Kami tidak tahu. Tapi kami prihatin dengan hal itu dan memperhatikannya dengan cermat," katanya.
Pejabat tinggi pengawasan senjata Amerika, Wakil Menteri Luar Negeri Bonnie Jenkins, mengatakan dia yakin Korea Utara tertarik untuk memperoleh pesawat tempur, rudal permukaan-ke-udara, kendaraan lapis baja, peralatan atau bahan produksi rudal balistik, dan teknologi canggih lainnya dari Rusia.
Pada Senin (17/6/2024), juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan Washington mengamati hubungan Korea Utara-Rusia sangat erat karena mungkin ada timbal balik yang dapat mempengaruhi keamanan di Semenanjung Korea.”
Kemudian pada Selasa (18/6/2024), juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan pada konferensi pers bahwa memperdalam kerja sama Rusia-Korea Utara adalah tren yang harus menjadi perhatian besar bagi siapa pun yang tertarik untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea.
Dia mencatat bahwa pernyataan Putin dan pemimpin Tiongkok Xi Jinping dari pertemuan puncak bulan Mei telah menekankan cara-cara politik dan diplomatik sebagai satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah Korea.
"Kami berharap ini adalah pesan yang akan disampaikan Putin kepada Kim dalam pertemuan mereka,” lanjutnya.
(Susi Susanti)