LA PAZ - Presiden Bolivia Luis Acre tengah menghadapi upaya kudeta yang dipimpin oleh Panglima Militer Juan Jose Zuniga pada pekan lalu. Banyak pasukan bersenjata lengkap yang memenuhi alun-alun utama di La Paz serta kendaraan berlapis baja yang menerobos istana pemerintah.
Melansir Firstpost, mantan Jenderal Juan Jose Zuniga yang memasuki Palacio Quemado dan berhadapan langsung dengan Arce mengatakan maksud dari kudetanya tersebut.
“Angkatan bersenjata bermaksud merestrukturisasi demokrasi, menjadikannya demokrasi sejati dan bukan demokrasi yang dijalankan oleh segelintir orang selama 30, 40 tahun,” kata Zuniga kepada Presiden Bolivia tersebut.
Pemberontakan ini tidak bertahan lama dan hanya berlangsung sekitar lima jam. Pada hari yang sama pun Jenderal Juan Jose Zuniga ditangkap oleh pihak berwenang Bolivia dan kejaksaan umum juga telah meluncurkan penyelidikan kriminal terhadap dia serta peserta lain dalam upaya kudeta.
Juan Jose Zuniga Macias merupakan mantan perwira Angkatan Darat Bolivia yang menjabat sebagai Jenderal Angkatan Darat Bolivia dari November 2022 hingga pemecatannya bulan Juni 2024. Melansir Wikipedia, Luis Arce yang mengangkat Zuniga menjadi panglima Angkatan Darat Bolivia pada tanggal 1 November 2022.
Pengangkatannya sebagai panglima militer yang tiba-tiba ini membuat banyak rekan perwira yang marah serta analis-analis yang bingung. Melansir The Associated Press, hal ini lantaran Zuniga awalnya hanyalah pejabat intelijen biasa yang mendapat nilai dalam kategori rendah dalam ujian masuk militernya ke pangkat tertinggi militer.
Walaupun begitu, dipilihnya Zuniga oleh Arce dianggap sebagai hadiah atas kesetiaan Zuniga terhadap Presiden Bolivia tersebut. Memang Zuniga tidak berprestasi secara akademis, namun keterampilan kognitif dan pemahamannya tentang dinamika politik yang membuatnya dapat naik pangkat di angkatan bersenjata Bolivia.
Kudeta yang dilakukan Zuniga Rabu lalu bukanlah tindakan yang pertama kalinya menuai kontroversi. Mantan jenderal ini pernah menggelapkan dana militer senilai hampir USD400 ribu (Rp6,5 miliar) yang dialokasikan untuk mendukung anak-anak dan orang tua. Aksinya ini membuatnya menerima hukuman penjara selama tujuh hari karena menyalahgunakan uang tersebut serta bepergian ke luar negeri tanpa izin.