JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani mengungkapkan temuan akan kelangkaan MinyakKita di sejumlah daerah sebelum harganya resmi naik per hari ini. Ia pun meminta Pemerintah mengetatkan pengawasan distribusi minyak goreng bersubsidi itu.
“Ada beberapa temuan yang didapat DPR, termasuk soal distribusi MinyaKita yang menurut kami pengawasan distribusinya masih perlu diperketat dan dioptimalkan,” ucap Puan dalam keterangan tertulis, Jumat (19/7/2024).
Menurutnya, temuan itu harus menjadi catatan Pemerintah. Pasalnya, kelangkaan MinyakKita telah terjadi sebelum harganya naik.
“Ini yang harus jadi catatan Pemerintah karena selain adanya kenaikan harga sebelum pengumuman, kelangkaan minyak goreng subsidi juga terjadi di pasaran,” ucap Puan.
Puan pun meminta ketegasan Pemerintah untuk melancarkan alur distribusi. Pasalnya, kenaikan harga MinyaKita hingga kelangkaan stok membuat pedagang memilih menjual minyak goreng non-subsidi.
“Subsidi seharusnya dimaksudkan untuk meringankan beban rakyat. Kalau justru malah jadi memberatkan masyarakat, artinya kebijakan subsidi itu tidak efektif,” tegas mantan Menko PMK tersebut.
Puan memastikan DPR melalui komisi terkait akan terus memantau masalah kelangkaan minyak goreng subsidi di pasaran. DPR juga mendorong agar Pemerintah melakukan langkah penanggulangan kelangkaan MinyaKita secepat mungkin.
“Termasuk mengatasi dugaan penimbunan dan penyelewengan minyak goreng bersubsidi yang merugikan masyarakat. Tindak tegas apabila ada pihak-pihak yang melakukan kecurangan,” ungkap Puan.
Di sisi lain, Puan meminta anggota DPR turut memantau perkembangan minyak goreng bersubsidi dan komoditas masyarakat di pasaran. Sebab hasil pengawasan dewan akan menjadi evaluasi bersama pihak Pemerintah.
“Manfaatkan masa reses ini dengan ikut turun ke pasar mengecek harga kebutuhan pokok di dapil masing-masing. Serap aspirasi dan harapan rakyat,” imbau Puan.
Seperti diketahui, Pemerintah resmi menaikan HET MinyaKita menjadi Rp 15.700 per liter yang akan mulai berlaku pada pekan depan. Awalnya HET MinyaKita diusulkan sebesar Rp 15.500.
Namun karena nilai dolar AS menguat maka dipilih jalan tengah sebesar Rp 15.700 per liter. Kenaikan tersebut juga disebut menyesuaikan dengan kenaikan harga bahan pokok lainnya, seperti beras yang saat ini sudah mengalami kenaikan harga.
(Fakhrizal Fakhri )