Detail Pemakaman Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, Digelar di 2 Negara

Susi Susanti, Jurnalis
Kamis 01 Agustus 2024 11:57 WIB
Salat jenazah akan diadakan di Masjid Imam Muhammad bin Abdul Wahhab di Doha setelah salat Jumat (Foto: EPA)
Share :

IRAN - Hamas mengumumkan dalam pernyataan resmi pada Rabu (31/7/2024)  bahwa jenazah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh akan diangkut ke Qatar pada Kamis (1/8/2024), setelah pemakaman resmi di Teheran, Iran.

Kelompok tersebut menyatakan bahwa akan ada upacara pemakaman resmi dan publik di ibu kota Iran, Teheran, pada Kamis (1/8/2024), dan jenazah akan diangkut ke Doha, Qatar pada Kamis (1/8/2024) sore.

"Salat jenazah akan diadakan di Masjid Imam Muhammad bin Abdul Wahhab di Doha setelah salat Jumat," terang pernyataan tersebut.

Setelah ini, jenazah Haniyeh akan dimakamkan di Pemakaman Imam Pendiri di Lusail, pinggiran kota Doha.

Pernyataan tersebut mencatat bahwa pemakaman di Doha akan dihadiri oleh para pemimpin masyarakat dan faksi, serta para pemimpin Arab dan Islam.

Setelah memangku jabatan sebagai Kepala Biro Politik Hamas pada tahun 2017, Ismail Haniyeh sering berpindah-pindah antara Turki dan ibu kota Qatar, Doha, untuk menghindari pembatasan perjalanan yang diberlakukan di Jalur Gaza yang terkepung. Mobilitas ini memudahkan keterlibatannya dalam negosiasi gencatan senjata.

Ismail Abdul Salam Haniyeh, yang dikenal sebagai "Abu Al-Abed," lahir pada tahun 1963 di kamp pengungsi Al-Shati, sebelah barat Kota Gaza, dari keluarga sederhana. Ia adalah pengungsi dari Ashkelon tempat orang tuanya mengungsi setelah Nakba Palestina pada tahun 1948. Haniyeh dikenal karena hubungan dekatnya dengan pendiri Hamas Sheikh Ahmed Yassin, menjabat sebagai kepala stafnya selama bertahun-tahun.

Setelah meraih gelar sarjana dalam sastra Arab dari Universitas Islam, benteng utama Hamas di Gaza, Haniyeh mulai mengajar di sana dan kemudian bekerja di berbagai kantor kepemimpinan dalam gerakan tersebut. Ia tetap menjadi target penangkapan atau pembunuhan selama Intifada Pertama dan Kedua dan selama tiga perang di Gaza. Haniyeh pertama kali ditangkap oleh otoritas Israel pada tahun 1987, tak lama setelah pecahnya Intifada Palestina, dan dipenjara selama 18 hari. Ia ditangkap lagi pada tahun 1988 selama enam bulan di bawah rezim penahanan administratif.

Pada tahun 1989, Haniyeh dipenjara lagi oleh pasukan Israel atas tuduhan menjadi anggota Hamas dan menghabiskan tiga tahun dalam tahanan. Ia kemudian dideportasi ke Marj Al-Zohour di Lebanon selatan pada tahun 1992 tetapi kembali ke Gaza setelah menghabiskan satu tahun di pengasingan. Haniyeh terluka dalam serangan rudal Israel di kantor Hamas di Kota Gaza pada tahun 2003, yang ia selamatkan bersama dengan pendiri gerakan Ahmed Yassin. Aktivitasnya menjadi terbatas baik di arena politik maupun media.

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya