Saat Sutoro menjadi anggota BKR, banyak yang tidak menyukai kehadirannya karena dia merupakan mantan penjajah. Namun, Sutoro berusaha untuk mengambil hati dengan memberikan pelatihan militer.
Lambat laun, Sutoro mulai diterima karena dia berhasil meningkatkan kemampuan para pejuang Indonesia.
Pada 1948, Sutoro menikah perempuan bernama Suparti yang berasal dari Salaman. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai 11 anak.
Setelah Magelang merdeka, Sutoro pensiun di tahun 1974 dan mendapatkan pangkat kehormatan Letkol. Selain itu, Sutoro juga pernah mendapat piagam Bintang Gerilya dari Presiden Soekarno pada 10 November 1958.
Sutoro menghembuskan napas terakhirnya pada 1 Agustus 1998. Dia pun dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP), Giri Dharmoloyo, Magelang.
(Khafid Mardiyansyah)