KEMATIAN Sultan Hamengkubuwono IV mengagetkan Keraton Yogyakarta. Sebab saat itu Pangeran Diponegoro akhirnya mendapatkan tugas penting. Kematian Sultan Hamengkubuwono IV juga dianggap oleh Pangeran Diponegoro sebagai cara untuk menyelamatkan keraton.
Bahkan Diponegoro pernah mengatakan, bersyukur atas kematian sang adik Sultan Hamengku Buwono IV. Diponegoro beranggapan sultan keempat ini kurang memerintah dengan baik. Kematian yang mendadak, membuat pihak keraton meminta agar penguasa Belanda mengukuhkan Putra Mahkota, yang masih berusia dua tahun, untuk naik tahta.
Sebagaimana dikisahkan pada buku "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1855" karya Peter Carey, pihak keraton juga meminta agar Pakualam tidak lagi dilantik sebagai wali sultan. Pada 14 Desember dalam sebuah resolusi rahasia, Van der Capellen mendukung rekomendasi De Salis.
Perwalian dan pemerintahan keraton, dilimpahkan kepada empat orang, Ratu Ageng, Ratu Kencono, Mangkubumi, dan Diponegoro, dua orang yang pertama adalah yang pernah mengasuh dan membesarkan sultan. Sementara dua orang terakhir yakni Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Diponegoro, terakhir bertanggungjawab pada manajemen kesultanan selama sultan belum dewasa.