Lviv sebagian besar terhindar dari pertempuran terburuk selama dua setengah tahun perang, tetapi minggu lalu, serangan Rusia menargetkan infrastruktur energinya yang menyebabkan pemadaman, menurut para pejabat.
Presiden Volodymyr Zelensky memperbarui seruannya agar sekutu Barat Ukraina menembakkan semua senjata jarak jauh mereka lebih jauh ke Rusia.
Di Poltava, petugas penyelamat terus mencari korban selamat dari serangan itu di antara puing-puing lembaga komunikasi militer. Mykyta Petrov, seorang kadet berusia 26 tahun yang baru mulai bertugas di sana dua minggu lalu, mengatakan dua rudal menghantam tak lama setelah pukul 09:00 (06:00 GMT) pada Selasa (3/9/2024), yang kedua meledak hanya tiga detik setelah yang pertama.
“Saya berlari keluar, ada asap dan debu di mana-mana, banyak orang di luar sedang merokok, dan banyak yang terbunuh,” ujarnya.
Kadet itu mengatakan ada terlalu banyak darah, terlalu banyak mayat, dan apa yang telah dilihatnya telah memengaruhinya secara psikologis.
Sirene serangan udara telah berbunyi dua menit sebelumnya, tetapi tidak memberi orang cukup waktu untuk mencapai tempat perlindungan bom.
"Anda bayangkan Anda berada di lantai enam sebuah gedung dan Anda harus lari turun ke bawah. Apakah realistis bahwa Anda dapat melakukan ini dalam dua menit?,” terag anggota parlemen Ukraina Oleksiy Goncharenko mengatakan kepada BBC.
Para pejabat mengatakan 271 orang terluka dalam serangan Rusia di Poltava, dan pada Rabu (4/9/2024) sore, 400 orang telah mendonorkan darah di rumah sakit daerah utama.
(Susi Susanti)