Lewat program tersebut, RK menyelesaikan dua masalah sekaligus. Pertama soal kesejahteraan guru ngaji, kedua mengurangi ketergantungan anak-anak terhadap gadget.
”Termasuk kami ada program namanya Maghrib Mengaji. Nanti oleh gubernur diwajibkan anak-anak sekolah Maghrib Mengaji sebagai tugas sekolah. Berarti kan butuh guru-guru ngaji, Bu. Nanti oleh gubernur diatur agar semua anak-anak yang muslim se-Jakarta harus ikut seperti itu, supaya seimbang lahir batinnya. Saya cucu kiai, saya pesantren ada delapan, dari kakek. Wasiatnya itu tolong bela negara, jaga agama,” terang RK.
Selain soal guru ngaji, RK melihat bahwa curhatan yang disampaikan oleh warga di Warakas beraneka ragam. Sedikitnya dia mencatat ada 12 curhat yang disampaikan oleh warga Warakas. Diantaranya soal warga yang tidak terdata sehingga tidak bisa mendapat bantuan dari pemerintah, warga yang butuh modal untuk memulai usaha, serta persoalan yang dihadapi oleh RW sebagai kepanjangan tangan pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat.
”Makanya ada program nanti kredit tanpa bunga, tanpa agunan. Sudah saya praktikkan di Jawa barat, saya bawa ke sini. Kemudian yang sudah baik-baik, tadi ada kekhawatiran Kartu Jakarta Pintar dan lain-lain, beasiswa dihilangkan, nanti saya review lagi. Jadi, saya terus terang akan mempertahankan yang bagus-bagus dari Pak Anies (dan gubernur-gubernur Jakarta sebelumnya) sampai Bang Ali Sadikin. Tapi, kan banyak yang belum, yang belum saya menghadirkan,” ujarnya.
(Angkasa Yudhistira)