JAKARTA - Chairman of Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Din Syamsuddin memberikan ceramah pada Konperensi Tahunan Community of Sant' Egidio di Paris, pada Selasa 24 September 2024. Acara ini dihadiri seribu lebih peserta dari berbagai mancanegara terdiri dari tokoh agama, cendekiawan, dan mahasiswa.
Dia mengatakan bahwa agama harus tampil sebagai solusi atau problem solver (penyelesai masalah) terhadap kerusakan peradaban dewasa ini. Menurutnya, selama ini agama lebih banyak tampil sebagai bagian dari masalah (part of the problem) seperti kemiskinan, kebodohan, korupsi, dan berbagai bentuk kekerasan.
"Agama-agama belum menampilkan paradigma etiknya untuk perdamaian dan peradaban. Umat beragama masih ada yang berdiam diri terhadap krisis lingkungan hidup, genosida, dan fobia terhadap pemeluk sesuatu agama," ujarnya.
Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta itu menilai bahwa hal ini disebabkan karena keberagamaan agama lebih berorientasi pada formal-ritualistik, belum etikal-operasional. Sehingga keberagamaan itu hanya meraih kesalehan individual belum kesalehan sosial.
"Dialog antarumat beragama perlu bersifat dialogikal, yakni dialog yang berpangkal pada ketulusan, keterbukaan, keterusterangan, untuk penyelesaian masalah," imbuh mantan Ketum PP Muhammadiyah itu.
Din Syamsuddin mengakui bahwa terdapat masalah di antara umat beragama seperti persaingan untuk dominasi dan supremasi. Alhasil ini adalah potret sesungguhnya ada ketegangan tersembunyi. Ketegangan ini, lanjut dia, akan berdampak pada kesenjangan ekonomi dan ketakadilan politik jika tidak segera diselesaikan.