Musim Hujan di Indonesia Akan Dibarengi Fenomena La Nina, Apa Dampaknya?

Binti Mufarida, Jurnalis
Senin 30 September 2024 13:54 WIB
Cuaca hujan (foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, musim hujan periode tahun 2024-2025 akan dibarengi dengan fenomena La Nina. Lalu, apa dampaknya?

“Di musim hujan tahun ini ada potensi La Nina namun dengan intensitas lemah. Namun demikian, walaupun intensitasnya lemah bukan berarti kita lengah gitu ya,” kata Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Fachri Radjab dalam Konferensi Pers secara virtual, Senin (30/9/2024).

La Nina secara umum dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia. Meski begitu, dampak La Nina tidak akan seragam di seluruh wilayah Indonesia. Fachri pun meminta semua pihak untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang, dan longsor.

“Tetap waspada dan kesiapsiagaan tetap kita perkuat untuk mengantisipasi potensi terjadinya bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang dan longsor,” pintanya.  

Sementara itu, Fachri mengatakan, bahwa musim hujan di Indonesia datangnya berbeda-beda setiap wilayah. Oleh karena itulah BMKG membuat Zona Musim atau ZOM. “Di seluruh Indonesia ada 699 zona musim, di mana tiap ZOM itu punya karakteristiknya sendiri-sendiri kapan datang musimnya kapan puncak musimnya kapan berakhir musimnya itu juga berbeda-beda,” bebernya.

 

“Secara umum, memang untuk musim hujan tahun 2024/2025 ini di seluruh Indonesia ya, kalau dilihat dari sifat hujannya sebagian besar wilayah Indonesia memang berada pada kategori sifat hujan yang normal ya. Normal artinya sama dengan rata-ratanya. Sekitar 448 ZOM atau 48,1% wilayah Indonesia itu sifat hujannya normal,” kata Fachri.

Namun, kata Fachri, meskipun sifat hujan tahun 2024/2025 ini didominasi oleh sifat hujan normal tapi bukan berarti tidak perlu melakukan langkah-langkah antisipasi kesiapsiagaan. 

“Tetap hal ini tetap perlu penting dilakukan untuk mengantisipasi potensi terjadinya bencana hidrometeorologi. Sebab walaupun dikatakan sifat hujan normal tapi jumlah curah hujan sudah tinggi,” tuturnya.

“Terus bangun sinergi, kolaborasi yang kokoh dengan para stakeholder untuk menjamin bahwa untuk memperkuat bahwa yang namanya pengurangan risiko bencana itu bisa kita optimalkan ya. Bencana memang tidak bisa kita cegah tapi risikonya bisa kita kurangi. Nah ini yang mungkin perlu terus kita lakukan melalui kolaborasi kerjasama dengan berbagai pihak,” pungkasnya.

(Awaludin)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya