Sarwo Edhie pun lantas meminta izin kepada Markas Besar TNI di Jakarta untuk melatih rakyat sipil, demi mengimbangi massa terorganisasi PKI. Untungnya Markas Besar TNI tersebut memberikannya izin.
Dalam buku The End of Sukarno: A Coup that Misfired, a Purge that Ran Wild, karya John Hughes, ia mengakui perannya dalam pelatihan tersebut. “Kami beri mereka latihan agar berani menumpas komunis ke akar-akarnya” kata Sarwo Edhie pada akhir Oktober 1965, ketika gelombang pertama pelatihan militer pemuda dan rakyat sipil itu dimulai.
Yoso Dumeri Faizin, merupakan salah satu pemuda yang ketika itu ikut dalam pelatihan tersebut. “Latihannya diadakan di Kampus Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga,” kata Yoso mengingat-ingat. Mulai dari Gerakan Pemuda Ansor, Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah, hingga Pemuda Marhaen dari Partai Nasional Indonesia mengikuti latihan tersebut.
Ketika hari pertama dimulai, semua peserta dibagi ke dalam tiga kompi, yang di setiap kompinya terdapat satu prajurit RPKAD, yang berperan sebagai pelatih. “Saya terpilih jadi salah satu komandan kompi,” ujar Yoso.